Petani Pilih Jual Gabah ke Tengkulak karena Harga Tinggi  

Reporter

Editor

Zed abidien

Selasa, 12 Mei 2015 15:27 WIB

Petani Desa Pabuaran Purwokerto Utara sedang memanen padi di sawahnya, Jumat (4/11). Harga gabah kering panen mencapai Rp 4.300 perkilogram. Usai panen, petani akan langsung mengolah tanahnya untuk ditanami kembali. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Subang - Harga jual gabah kering panen musim panen rendeng di sentra padi Pantai Utara Jawa di Subang, Jawa Barat, memasuki pekan kedua Mei 2015 masih di kisaran Rp 4.500 per kilogram atau lebih tinggi Rp 800 per kilogram jika dibandingkan dengan harga patokan pemerintah yang dibanderol Rp 3.700 per kilogram.

Akibat terjadinya disparitas harga yang cukup signifikan, para petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada para tengkulak dan bandar pemilik penggilingan ketimbang ke Bulog.

Suparman, petani di Kecamatan Sukasari, mengatakan, jika gabahnya dijual ke Bulog, niscaya dia tidak kebagian untung besar. "Jadinya dijual ke tengkulak saja," ujarnya, Selasa, 12 Mei 2015.

Keuntungan hasil penjualan gabahnya pada musim panen rendeng tersebut bisa menutup ongkos produksi dan sisa keuntungannya bisa untuk biaya mengolah sawah musim tanam gadu. "Juga untuk biaya sekolah anak-anak," ucapnya.

Suparman menjelaskan, setiap 1 hektare lahan menghasilkan gabah kering panen rata-rata 7 ton. Dengan harga gabah kering giling (GKG) Rp 4.500 per kilogram, dia menghasilkan uang tunai Rp 31,5 juta. Adapun ongkos produksi yang dikeluarkannya untuk musim rendeng Rp 10 juta plus sewa lahan Rp 8 juta. Artinya, Suparman masih memperoleh keuntungan Rp 13,5 juta. Jika penghasilan tersebut dibagi tiga bulan--tenggang waktu menunggu panen musim gadu--berarti penghasilan Suparman per bulan sebesar Rp 4,5 juta.

Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan Kabupaten Subang Haji Ottong menuturkan soal petani lebih memilih tengkulak atau bandar sebagai tempat menjual gabahnya tak jadi masalah. "Sudah menjadi hukum pasar jika petani memilih menjual gabahnya kepada tengkulak daripada ke Bulog. Kan, harganya lebih mahal," katanya.

Menurut Ottong, berdasarkan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2015, harga gabah kering petani (GKP) Rp 3.700 per kilogram, GKG Rp 4.600 per kg, dan beras Rp 7.300 per kg. "Ini terlalu murah, dan Bulog kalah bersaing dengan tengkulak," ucapnya.

Kepala Bulog Subdivre Subang Dedi Supriyadi menegaskan bahwa pihaknya tak khawatir harus bersaing keras dengan para tengkulak dan bandar di lapangan untuk mendapatkan gabah berkualitas di tingkat petani dengan harga miring. "Buktinya, sekarang kami sudah bisa menyerap 12.500 ton beras," ujar Dedi.

Penyerapan beras Bulog dari tingkat petani per hari rata-rata 600 ton. Dia mengaku optimistis target penyerapan 40 ribu ton beras pada 2015 akan tercapai.

NANANG SUTISNA



Berita terkait

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

7 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

7 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

7 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

8 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

9 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

12 hari lalu

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

Bulog cabang Cirebon mulai menyerap gabah hasil panenan petani. Panen diperkirakan semakin banyak pada akhir April hingga Mei.

Baca Selengkapnya

Pergantian Kepala Bulog Disinggung di MK, Budi Waseso Bilang Tak Ada Masalah

25 hari lalu

Pergantian Kepala Bulog Disinggung di MK, Budi Waseso Bilang Tak Ada Masalah

Hakim konstitusi Arief Hidayat mempertanyakan alasan Buwas diganti Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 Bayu Krisnamurthi di tengah masa kritis.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni

27 hari lalu

Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni

Presiden Joko Widodo alias Jokowi ikut menyalurkan bantuan pangan atau bansos beras di Jambi hari ini. Jokowi mengklaim bantuan ini menjadi salah satu program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi, utamanya inflasi beras.

Baca Selengkapnya

PT Suri Nusantara Sebut Tahun Ini Tidak Dapat Izin Impor Daging Kerbau

27 hari lalu

PT Suri Nusantara Sebut Tahun Ini Tidak Dapat Izin Impor Daging Kerbau

Tidak disebutkan detail kapan izin impor daging kerbau diberikan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Bos PT Timah Beberkan Alasan Produksi Jeblok, Respons Sri Mulyani Dipanggil MK ke Sidang Pilpres

28 hari lalu

Terpopuler: Bos PT Timah Beberkan Alasan Produksi Jeblok, Respons Sri Mulyani Dipanggil MK ke Sidang Pilpres

Berita terpopuler bisnis pada Selasa kemarin dimulai dari penjelasan Dirut PT Timah soal jebloknya pendapatan negara dari sektor timah pada 2023.

Baca Selengkapnya