Harga Beras Naik, Petani di Tepian Bengawan Solo Gembira
Editor
Endri Kurniawati
Kamis, 26 Februari 2015 12:58 WIB
TEMPO.CO, Lamongan - Petani di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, Jawa Timur, tengah menikmati panen, terutama yang lahannya berada di pinggir Sungai Bengawan Solo. Selain diuntungkan kenaikan harga beras, petani juga bernapas lega karena Sungai Bengawan Solo tidak banjir.
Seperti Totok, 36 tahun, petani Kecamatan Babat, yang memanen satu hektare sawah milik orang tuanya sejak Februari hingga awal Maret nanti. Dari sawah itu Totok menghasilkan gabah kering panen sekitar 6,5 ton. Biasanya, gabah miliknya sudah dibeli pedagang saat masih di sawah. Ia menjualnya dengan harga rata-rata Rp 4.100-4.200 per kilogram. “Sudah untung,” ujarnya pada Tempo, Kamis, 26 Februari 2015. Tapi bapak dua anak ini menolak menyebutkan keuntungannya.
Panen besar di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, berdampak pada pemenuhan kebutuhan beras di daerah sekitarnya. Seperti di Kabupaten Nganjuk, Gresik, Surabaya, dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan mencatat lahan padi seluas 187 hektare siap dipanen pada Februari hingga awal Maret. Dengan perkiraan rata-rata produksi 6,5 ton per hektare, maka akan tersedia 1.215,5 ton gabah di tingkat petani.
Luas lahan pertanian di Lamongan pada 2014 sekitar 140 ribu hektare. Sebagian besar lahan produktif berada di Kecamatan Babat, Kedungpring, Ngimbang, Sekaran, Maduran, Pucuk, Deket, Sukodadi, Turi, Kalitengah, dan Glagah, juga beberapa daerah di pinggir Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Jero.
Rabu kemarin, 25 Februari, Bupati Lamongan Fadeli mengatakan optimistis produksi beras di daerahnya bisa mencapai di atas satu juta ton. “Sebagian sudah panen,” ujarnya dalam sebuah acara kerja sama soal pertanian di kantor Kabupaten Lamongan, Rabu siang, 25 Februari 2015. Sentra-sentra pertanian di 27 kecamatan di Lamongan, akan terus dihidupkan.
Sedangkan Dinas Pertanian Bojonegoro mencatat lahan pertanian yang sedang dipanen di wilayahnya hingga Maret nanti, seluas 72 ribu hektare. Rata-rata produksi sekitar 6,5-7 ton per hektare. Lahan siap panen itu sebagian besar, berada di 14 daerah yang berada di pinggir Sungai Bengawan Solo. Seperti di Kecamatan Kalitidu, Gayam, Sumberedjo, Padangan, Kasiman, Purwosari, Malo, Kalitidu, Trucuk, Kapas, Kanor, Dander, dan sebagian Baureno.
Soleh, petani yang juga perangkat desa di Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, mengatakan sebagian daerahnya mulai panen. Panen ini berkah bagi petani di kampungnya. “Biasanya banjir. Sekarang, alhamdulillah tidak,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 26 Februari 2015. Dia berharap Bengawan Solo normal saat penghujan tahun ini.
Sebelumnya, Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan target beras di daerahnya minimal satu juta ton. Tetapi, dengan catatan, ada peningkatan infrastruktur untuk pertanian. Seperti pembangunan embung alias bendungan kecil di tiap-tiap desa yang berguna untuk pertanian. “Kuncinya bagaimana menampung air saat musim hujan dan mengeluarkannya saat kemarau.”
Bojonegoro memiliki Bendungan Gongseng di bagian selatan. Bendungan ini melengkapi Bendungan Pacal, yang sudah ada sejak 1934 dan Bendung Gerak yang dibangun 2009 di aliran Sungai Bengawan Solo.
SUJATMIKO