Menteri Perindustrian Saleh Husin di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO , Jakarta- Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Malaysia mengundang tanggapan dari sejumlah kalangan. Pasalnya, di sela-sela kunjungan ke negara Jiran itu, Presiden hadir menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari, dengan perusahaan otomotif Malaysia, Proton Holding Berhard.
Menanggapi pertanyaan yang mengaitkan hal itu sebagai bagian dari program mobil nasional, secara khusus Menteri Perindustrian Saleh Husin memastikan penandatanganan adalah kesepakatan bisnis antara swasta dengan swasta. "Penandatanganan MoU itu murni business to business dan dilakukan dalam rangka membuat feasibility study untuk enam bulan ke depan," kata Saleh di Jakarta, Ahad, 8 Februari 2015.
Menteri juga menegaskan, pemerintah sama sekali tidak terlibat dalam kesepakatan tersebut. Begitu juga dengan pelibatan perusahaan pelat merah alias badan usaha milik negara. "Tidak ada pelibatan unsur pemerintah, baik menggunakan APBN maupun BUMN. Jadi, sekali lagi itu murni private to private," Saleh menegaskan.
Terkait kehadiran Presiden Joko Widodo, Menteri Perindustrian mengungkapkan hal itu adalah wajar. Acara seperti itu jamak diselenggarakan dalam rangkaian kunjungan pemimpin-pemimpin negara manapun. Selain itu, merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap pihak swasta yang membuka peluang kerja sama dengan mitra dari negara tetangga.
"Selama ini, kunjungan seorang pemimpin negara manapun ke luar negeri juga menyertakan delegasi para pengusaha nasional untuk bertemu dengan sesama pengusaha di negara tujuan," ujarnya.