Imbas Krisis Yunani, Investor Tahan Dolar

Kamis, 5 Februari 2015 20:00 WIB

Uang pecahan dolar AS yang akan ditukar di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, 2 Februari 2015. Mata uang rupiah ditutup turun 0,11 persen di level Rp. 12.686 per dolar AS setelah sempat ditransaksikan di atas Rp. 12.700 per dolar AS. ANTARA FOTO/Wahyu Putro

TEMPO.CO, Jakarta - Kembali mencuatnya krisis Yunani membuat dolar melanjutkan penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia.

Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah melemah tipis 4 poin (0,03 persen) ke level 12.635 per dolar Amerika.

Analis PT Monex Investindo Futures, Faisal, mengatakan gairah pelaku pasar untuk memburu aset-aset di pasar berkembang sirna begitu mencermati perkembangan terbaru dari krisis utang Yunani. Proses negosiasi utang antara bank sentral Eropa (ECB) dengan Yunani kembali menemui jalan buntu setelah ECB menolak surat utang Yunani sebagai jaminan.

"Terkatung-katungnya nasib Yunani membuat risiko investasi meningkat," kata dia.

Menurut Faisal, sistem keuangan Yunani saat ini hanya mampu membiayai anggaran negara selama bulan Februari 2015. Dengan peringkat utang yang sangat buruk (junk) versi Moody's, Yunani sulit untuk menjual obligasi negara sebagai jaminan utang.

Berlarutnya krisis Yunani berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi di zona euro yang nantinya akan berdampak pada nilai tukar euro. Apalagi kondisi ini terjadi menjelang pengucuran stimulus perdana ECB di bulan Maret 2015, ketika banjir likuiditas akan cenderung melemahkan nilai tukar mata uang 17 negara.

Karena itu, proses negosiasi utang Yunani diharapkan selesai secepatnya. "Tidak ada jalan lain, Yunani harus mengikuti kemauan ECB," ujar dia.

Untungnya pelemahan rupiah tidak sebesar mata uang Asia lainnya karena masih diselimuti sentimen positif dari data ekonomi awal bulan. laju inflasi bulan Januari yang tercatat minus 0,24 persen dan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 190 juta di bulan Desember masih menjaga rupiah tidak terjun ke level 12.700 per dolar.

Mata uang Asia cenderung melemah hingga 16.30 WIB. Won melemah paling tajam dengan koreksi 0,62 persen terhadap dolar, ringgit melemah 0,33 persen, yen melemah 0,04 persen, rupee melemah 0.06 persen, dan peso Filipina turun 0,07 persen.

PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

19 jam lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

1 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

1 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

4 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

5 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

8 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

8 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

9 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

9 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya