TEMPO.CO,Jakarta - Penguatan dolar di pasar global masih akan menjadi momok bagi rupiah. Analis PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, memperkirakan rupiah masih akan terimbas sentimen negatif kenaikan suku bunga bank sentral Amerika atau Federal Reserve. "Adanya kepastian kenaikan suku bunga The Fed mendorong pasar untuk menjual rupiah dan mengoleksi dolar AS."
Di sisi lain, rupiah masih tertekan aksi tunggu pelaku pasar terhadap rilis data-data ekonomi pada awal Februari 2015. Meski ada ekspektasi bahwa laju inflasi akan melambat akibat serangkaian kebijakan pemerintah, kondisi neraca perdagangan diperkirakan masih di bawah ekspektasi.
Menurut Zulfirman, neraca perdagangan bulan Desember diperkirakan mengalami surplus tipis. Namun hal itu diikuti turunnya kinerja ekspor. "Merosotnya kinerja perdagangan disebabkan oleh melambatnya ekonomi global."
Menurut dia, selama ekonomi domestik masih belum membaik, ketahanan rupiah semakin rapuh menjelang kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi Juni 2015. Karena itu, di sisa waktu yang sempit ini, Zulfirman meminta pemerintah mempercepat pengesahan APBN 2015, sehingga anggaran lebih cepat terserap dan program-program infrastruktur cepat terlaksana.
Pemerintah juga diminta segera menyelesaikan konflik KPK versus Polri untuk mengurangi risiko politik investasi. "Hari ini, rupiah akan berada di kisaran 12.540-12.580 per dolar," ucap Zulfirman.