Pengunjung mengamati senjata buatan PT. Pindad yang dipamerkan pada peluncuran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-18 di gedung II BPPT, Jakarta Pusat (24/6). Dalam kesempatan itu dipamerkan produk teknologi pertahanan keamanan serta kedirgantaraan. ANTARA/Fanny Octavianus
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pindad (Persero)memiliki sederet rencana untuk mengembangkan alat utama sistem senjata. Silmy Karim, Direktur Utama Pindad yang baru diangkat, mencontohkan kerja sama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang, sebagai langkah peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi untuk memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI.
“Kami menekankan pula kerja sama ini mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari supply chain global yang harus kita kuasai,” ujarnya seusai pelantikan di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Senin, 22 Desember 2014. Pindad juga bekerja sama dengan perusahaan Belgia.
Dalam catatan Silmy, manajemen Pindad akan berfokus pada produksi peluru berbagai kaliber--termasuk kaliber besar seperti 20 milimeter dan 105 milimeter yang diperlukan TNI, juga kendaraan tempur penerus panser Anoa, kendaraan taktis Komodo, hingga panser kanon 90 mm yang diberi nama Badak.
“Di persenjataan pun kami akan lebih mengasah kemampuan dengan melahirkan produk unggulan seperti yang telah dirintis rekan-rekan dengan hadirnya senapan serbu 7,62 mm hingga senapan penembak runduk (SPR2) yang mampu menjangkau sasaran efektif 2 kilometer dengan peluru 12,7 mm,” ujarnya dalam rilis yang diterima Tempo.