Rupiah Melemah, Apa yang Harus Dilakukan?  

Reporter

Kamis, 4 Desember 2014 06:55 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah kini berada di titik terlemah sejak enam tahun terakhir. Penyebabnya adalah tekanan global, seperti stimulus ekonomi di Eropa dan Jepang, membaiknya perekonomian Amerika Serikat, dan faktor lokal, yakni tingginya inflasi. (Baca: Waspada, Kurs Rupiah Terendah dalam Enam Tahun)

Di tengah kondisi ini, ada sejumlah rekomendasi agar tak ikut terpuruk saat kurs rupiah memburuk. Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menyarankan perusahaan swasta yang mempunyai utang di luar negeri segera melakukan hedging atau lindung nilai. Sebabnya, masih banyak perusahaan swasta yang berutang tapi penerimaan yang didapat masih dalam rupiah. "Perusahaan berutang dolar, ya, bayar harus pakai dolar. Kalau tidak hedging, rupiah bisa semakin melemah," ujar Lana kepada Tempo.

Saat ini utang valas perusahaan swasta mencapai US$ 159 miliar, sedangkan utang pemerintah US$ 125 miliar. Angka ini terbilang masih aman. Sebab, jika dirupiahkan, utang perusahaan swasta dan utang pemerintah masih 33 persen dari produk domestik bruto. Namun, jika hedging tidak dilakukan, utang valas korporasi akan semakin membengkak.

Ekonom dari PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, menuturkan salah satu yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kurs rupiah adalah menggenjot investasi jangka panjang. Kinerja ekspor juga harus didongkrak dengan pemberian insentif. “Semoga harga minyak rebound. Kalau itu terjadi, investor luar negeri akan membuang dolar dan membeli mata uang emerging markets,” kata David. (Baca: Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Rupiah Terseok)

Sedangkan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pemerintah akan menjaga fundamental ekonomi agar tidak terus terombang-ambing kondisi global. Bambang mengingatkan perlunya terus menjaga rasio portofolio investasi asing di Tanah Air agar jangan terlalu mendominasi. Namun, saat ditanya berapa tingkat aman komposisi investasi dalam mata uang asing, Bambang menuturkan pemerintah tak bisa memberi batasan. "Mau tinggi juga tak apa-apa, asalkan tak ada potensi sudden reversal (pelarian modal)," ujarnya. (Baca: (Baca: Ini Resep Menteri Bambang Agar Rupiah Tak Loyo)

FAIZ NASHRILAH | JAYADI SUPRIADIN | TRI ARTINING PUTRI | ODELIA SINAGA

Berita Terpopuler
Misteri Ceceran Duit di Rumah Fuad Amin
Hitung Duit Fuad Amin, KPK Butuh Waktu Tujuh Hari
Gubernur FPI Ngarep Sumbangan Warga




Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

1 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

2 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

4 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

5 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

5 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

6 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

6 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

11 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

11 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya