Pengeboran minyak dan gas di lepas pantai perairan Madura. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Bojonegoro - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan lifting minyak bakal merosot setiap tahun. Disebabkan minimnya kegiatan eksplorasi dan penemuan cadangan minyak baru.
"Dalam 5-6 tahun ke depan, kalau kita tidak geber eksplorasi produksi minyak hanya 600 ribu barel per hari. Itu sudah termasuk produksi Cepu," katanya di sela peresmian fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu, 8 Oktober 2014. (Baca: SKK Migas Menyerah Kejar Lifting Minyak 2014)
Susilo mengatakan untuk produksi 2 hingga 4 tahun ke depan, tidak ada tambahan produksi minyak yang besar. Tambahan yang cukup signifikan, menurut dia, berasal dari Lapangan Ande-ande Lumut, Blok North West Natuna, dan Lapangan Kedung Keris, Blok Cepu. "Ande-ande Lumut 25 ribu barel per hari dan Kedung Keris mungkin 20 ribu barel per hari, tetapi yang lainnya turun karena lapangan tua," ujarnya.
Menurut Susilo, kunci mempertahankan produksi minyak dengan meningkatkan intensitas eksplorasi. Adapun untuk menambah tingkat eksplorasi perlu perbaikan sistem, terutama pada perizinan. "Harus dipermudah izinnya. Masak ngebor tiga bulan, urus izinnya dua tahun." Kementerian Energi memperkirakan kebutuhan minyak Indonesia mencapai 2,2 juta barel per hari pada 2020. (Lihat: Lifting Minyak 830 Ribu Barel per hari pada 2015)
Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri
28 Oktober 2022
Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri
Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988, Soebroto, mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) bukan sunset industri, tetapi menjadi sunrise industri