Petugas berdiri samping mesin pengisian BBM di SPBU Maya Tegal, Jawa Tengah, 23 Agustus 2014. Akibat pembatasan pasokan BBM dari Pertamina, menyebabkan kendaraan terpaksa mengisi BBM jenis Pertamax. ANTARA/Oky Lukmansyah
TEMPO.CO, Cirebon: Tarif angkutan kota (angkot) di Cirebon naik sepihak. Musababnya, mereka terpaksa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, Pertamax. Para sopir angkot pun meminta penumpang memaklumi kenaikan tiba-tiba ini. (Baca: Organda Minta PembatasanBBM Dihentikan)
“Sudah tiga hari ini angkot saya menggunakan Pertamax,” kata Maman, 30 tahun, sopir angkot D2, Gunung Sari-Pelabuhan-Majasem. Ia membeli Pertamax lantaran tidak mendapatkan Premium. “Sudah antre 2 jam. Begitu sudah waktunya isi, Premium habis,” ujarnya. Ia pun memilih mengisi mobilnya dengan Pertamax daripada pulang dengan tangki kosong dan mogok di jalan. (Baca: Konsumsi Pertamax Sudah Naik, SPBU Tol Tetap Rugi)
Akibatnya, Maman terpaksa menyesuaikan ongkos naik angkot dengan pembelian Pertamax. “Kalau tetap memakai tarif lama, saya yang nombok,” ucapnya. Ia pun menaikkan tarif menjadi Rp 5 ribu per orang dari sebelumnya Rp 3 ribu. Sedangkan untuk pelajar yang biasanya hanya Rp 2 ribu per orang naik menjadi Rp 3 ribu per orang. (Baca: Jero Wacik Pastikan Kuota BBM Subsidi Tak Ditambah)
Penggunaan Pertamax, kata Maman, ikut menambah biaya operasional angkot. Biasanya, dalam sehari dibutuhkan 20 liter Premium. Dengan harga Premium sebesar Rp 6.500 maka di hari-hari biasa Maman hanya mengeluarkan Rp 130 ribu. Namun dengan harga Pertamax hingga Rp 11.400, pengeluaran Maman untuk bahan bakar saja membengkak. “Ini belum dipotong waktu antrean yang cukup lama,” katanya. (Baca: SPBU Dalam Kota Bogor Antre Panjang)
Naiknya tarif angkot tidak otomatis menaikkan uang yang dibawa Maman ke rumah. “Dengan setoran Rp 85 ribu per hari ke pemilik angkot saya biasa membawa pulang ke rumah Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per hari,” ujarnya.
Sejak menggunakan Pertamax, Maman harus berhemat di antaranya dengan mengurangi jumlah rit. Jika biasanya sehari hingga 6 rit, kini Maman hanya beroperasi menjadi 4 rit saja. “Mau muter-muter juga sayang bahan bakarnya,” katanya.
Seorang pelajar SMP di Kota Cirebon, Elsa, 14 tahun, mengaku tidak kaget dengan kenaikan tarif angkot. “Dari rumah sudah dikasih lebih sama mamah. Takutnya angkot naik. Ternyata benar,” kata Elsa.