Fasilitas stasiun produksi yang berada di PT Pertamina EP Field Subang, Jawa Barat, (26/03). Subang Field memiliki 21 sumur yang memproduksi rata-rata 1.484 BOPD untuk minyak dan 255,612 MMSCFD untuk gas. Tempo/Amston Probel
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat minyak dan gas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies, Kurtubi, menilai target lifting minyak yang dicantumkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 masih realistis. Target lifting minyak sebesar 845 ribu barel per hari, menurut dia, bisa dicapai dengan adanya blok baru di Cepu yang mampu menghasilkan 165 ribu barel per hari.
Walaupun target lifting minyak diperkirakan mampu dipenuhi, Kurtubi melanjutkan, namun secara keseluruhan, tren produksi minyak dalam negeri cenderung turun. “Bahkan pada 2016, kemungkinan lifting bisa turun lagi,” kata Kurtubi saat dihubungi Tempo, Sabtu, 16 Agustus 2014. Blok Cepu diperkirakan hanya mampu mengurangi impor minyak mentah sebesar 10 persen. Saat ini impor minyak mentah Indonesia mencapai 500 ribu barel per hari. (Baca: Proyek Cepu Molor, SKK Migas Gagal Capai Target)
Menurut Kurtubi, sejak belasan tahun lalu, di Indonesia tak pernah ada lagi lapangan baru sehingga mengakibatkan produksi minyak terus turun. Untuk itu, blok Cepu menjadi harapan baru. Pemerintah yang baru dituntut untuk bisa mencari lapangan baru. Selain itu, sumur tua juga harus dimaksimalkan dengan teknologi Enhance Oil Recovery.
Untuk meningkatkan investasi dalam sektor migas, kata Kurtubi, pemerintahan baru juga diharapkan mampu memotong prosedur perizinan. Pencatatan produksi dan pengapalan juga penting sebagai upaya monitoring pemerintah pusat. “Butuh semacam komputerisasi agar update data bisa lebih akurat,” katanya.
Asumsi lifting minyak mentah dalam RAPBN 2015 sebesar 845 ribu barel per hari. Jumlah itu meningkat daripada asumsi APBNP 2014 yang hanya 818 ribu barel per hari. Hitungan itu juga diasumsikan karena molornya operasi Blok Cepu. (Baca: Eksplorasi Perlu Digiatkan untuk Tekan Impor Migas)
Dalam hal ekspor-impor, masih menurut Kurtubi, pemerintah baru harus berani memangkas perantara atau pihak ketiga sebagai upaya efisiensi biaya. Untuk mempercepat produksi di Cepu, sistem kelola harus disederhanakan. Saat ini, pemerintah seolah melepaskan tanggung jawab pengelolaan kepada SKK Migas. Hal ini dinilai kurang tepat karena legitimasinya rendah. “Harusnya yang mengelola itu Pertamina,” katanya.
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
27 Februari 2024
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
PT Pertamina (Persero) akan menjadi salah satu yang terdepan dalam menghadirkan 29 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) unggulan di pameran produk kerajinan Inacraft 2024.