TEMPO.CO, Jakarta - Analis senior dari PT Fitch Ratings Indonesia, Baradita Katoppo, menjamin di lembaganya tidak terdapat praktek jual-beli rating. Dalam melakukan penilaian, perusahaan mengacu pada peraturan OJK dan patuh terhadap regulasi Amerika Serikat dan Eropa. “Bisa dipastikan di Fitch tak ada jual-beli peringkat, kami ketat sekali,” kata dia ketika dihubungi, Rabu, 18 Juni 2014.
Untuk diketahui, Fitch Ratings Indonesia adalah anak usaha Fitch Ratings Ltd, yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, serta London, Inggris. Menurut Baradita, jika ada perbedaan penilaian di antara lembaga rating, hal itu adalah wajar. Sebab, perbedaan tersebut bisa terjadi karena perbedaan metodologi dan kriteria yang digunakan. “Memang berbeda kriteria, tapi hasilnya biasanya antar-agency identik 80 persen,” kata dia. (Lihat juga: Pasar Saham Stagnan, Obligasi Jadi Pilihan)
Untuk diketahui, Presiden Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ronald Andi Kasim, menyatakan ada indikasi kuat terjadinya praktek jual-beli pemeringkatan efek. Praktek itu bertujuan agar perusahaan mendapatkan rating tinggi sebelum menerbitkan obligasi. “Apa yang terjadi seperti rating shopping saja. Kompetisi ini sudah tidak sehat lagi,” ujarnya.
Pefindo adalah satu di antara tiga perusahaan pemeringkat efek di Indonesia. Dua lainnya adalah PT Fitch Ratings Indonesia dan PT ICRA Indonesia. (Baca juga: Pefindo Berikan Peringkat pada Tujuh Emiten)
Menurut Ronald, salah satu indikasi terjadinya praktek jual pemeringkatan efek adalah testimoni dari beberapa perwakilan korporasi. Korporasi itu mengaku mendapat jaminan peringkat yang baik dari salah satu lembaga pemeringkat. Testimoni itu disampaikan kepada lembaga pemeringkat lainnya yang kemudian diminta kesediaannya melakukan hal yang sama. Selain itu, terdapat perbedaan data kuantitatif atas peringkat sebuah perusahaan dari hasil pemeringkatan satu pihak dengan pihak lainnya.
Ronald mengaku sudah melapor ke OJK ihwal dugaan praktek jual-beli pemeringkat efek ini. Dia berharap OJK akan segera menindaklanjuti laporan tersebut. Meski begitu, Ronald tidak bersedia menyebutkan siapa perusahaan pemeringkat efek yang memperjualbelikan peringkatnya.
FAIZ NASHRILLAH
Berita lain:
Per 1 Juli 2014, Tigerair Mandala Tak Beroperasi
Tigerair Siap Bantu Pengembalian Tiket Mandala
Pengamat: Tidak Logis, Anggaran Bocor Rp 7.200 T
Berita terkait
Ganjar Sebut Investasi RI Terkendala Pungli dan Birokrasi yang Ribet
24 Oktober 2023
Calon presiden Ganjar Pranowo menyebut, investasi di Indonesia masih terkendala karena maraknya pungutan liar atau pungli dan birokrasi yang ribet.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Fitch Rating Pertahankan Rating Utang RI
3 September 2018
Fitch Ratings mematok peringkat rating utang Indonesia pada level 'BBB'.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Puas dengan Kemudahan Berbisnis Naik: Masih Ruwet
28 Maret 2018
Naiknya peringkat kemudahan berbisnis yang diraih Indonesia belum membuat Jokowi puas.
Baca SelengkapnyaKemudahan Berbisnis di Indonesia Naik ke Peringkat 72
1 November 2017
Peringkat kemudahan berbisnis Indonesia naik dari 91 menjadi 72.
Baca SelengkapnyaPeringkat Inovasi Indonesia Jauh di Bawah Vietnam
27 September 2017
Di kawasan ASEAN, peringkat inovasi Indonesia jauh di bawah Malaysia dan Vietnam.
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Fitch Naikkan Lagi Peringkat Indonesia
21 Juli 2017
Fitch Ratings mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Raih Peringkat Investment Grade dari Fitch
21 Juli 2017
Afirmasi rating bisa menjadi faktor pendukung tambahan bagi Indonesia dalam menjaga keyakinan investor dan stakeholders
Baca SelengkapnyaKepala BKPM Sebut Rating S&P Bantu Pemerintah Gaet Investor
31 Mei 2017
Peningkatan peringkat investasi tersebut belum membuat pemerintah merevisi target investasi.
Baca SelengkapnyaS&P Naikkan Rating, Analis Mandiri: Perluas Basis Investor
31 Mei 2017
Handy Yunianto mengatakan peluang kenaikan peringkat dari S&P seharusnya dimanfaatkan untuk memperbesar porsi obligasi pemerintah.
Baca SelengkapnyaPasca S&P Naikkan Rating, Dana Investasi Capai Rp 108 Triliun
30 Mei 2017
BI akan terus memonitor adanya potensi kenaikan Fed Fund Rate.
Baca Selengkapnya