Defisit Neraca Turun, Agus Marto Belum Puas

Senin, 26 Mei 2014 17:59 WIB

Gevernor Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, nampaknya belum puas atas angka defisit neraca pembayaran. Meski dilihat dari angka defisit tersebut turun, tapi besarannya belum signifikan."Kita sudah baik tapi belum terlalu baik, jangan merasa itu sudah sangat baik," katanya di Bank Indonesia, Senin, 26 Mei 2014.

Ia mengaku sangat kecewa dengan defisit dari neraca jasa yang seharusnya bisa lebih ditekan. "Paling menyakitkan kita punya transaksi income dan services. Tapi satu tahun tidak kurang dari Rp 35 miliar defisit hanya karena urusan asuransi, repatriasi keuntungan," ucapnya. (Baca: Impor Barang Bantu Penurunan Defisit Transaksi Berjalan)

Ia mencontohkan neraca jasa Filipina yang bisa lebih baik dari Indonesia. Padahal negara tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. "Mereka neraca services positif US$ 10 Miliar,” tuturnya. Artinya, kata Agus, tenaga kerja asal Filipina yang dikirim ke luar negeri betul-betul bernilai tambah. (Baca: Cina Melambat, Neraca Perdagangan Indonesia Minus)

Oleh karena itu ia berharap pada tahun ini pemerintah dan setiap pemangku kebijakan bisa bekerja lebih keras. Disisi neraca perdagangan misalnya, walau sudah surplus namun perlu dipelihara keseimbangannya. "Mohon diyakinkan positif berkelanjutan," katanya

Sebelumnya, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2014 mengalami penurunan sebesar US$ 0,1 miliar."Defisit transaksi berjalan turun dari US$ 4,3 miliar pada triwulan IV 2013, menjadi US$ 4,2 miliar pada triwulan I 2014," katanya beberapa waktu lalu.

Peter mengatakan defisit neraca berjalan turun menjadi 2,06 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan I 2014 dari yang sebelumnya berada pada posisi 2,12 persen dari PDB pada triwulan IV 2013.

Perbaikan kinerja transaksi berjalan ini, menurut Peter, bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan. Adapun impor nonmigas masih terkontraksi mengikuti moderasi permintaan domestik seperti yang terlihat dari penurunan impor bahan baku dan barang modal.

ANANDA PUTRI

Berita lain:
Lebaran, Saham Emiten Retail Prospektif
Anggaran Dipotong, Jero Tunda Pembangunan Gedung
Ribuan Tiket Kereta Api Belum Dicetak

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

6 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

8 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

14 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

16 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya