Banyumas Didorong Menjadi Daerah Wisata Batik

Senin, 26 Mei 2014 03:59 WIB

Mbok Risah, 76 tahun, pembatik asal Desa Papringan Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas sedang membatik di dapur rumahnya, Rabu (6/11). Ia sudah membatik sejak tahun 1948. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO , Purwokerto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, batik motif Banyumasan bisa menjadi produk andalan daerah tersebut. Dengan motif khas pedesaan, batik Banyumasan dinilai bisa bersanding dengan batik dari daerah lain.

“Kami dari Bank Indonesia mendorong agar pembatik di Banyumas bisa meningkatkan produksinya,” kata Mirza usai meresmikan galeri batik Pring Mas, Desa Papringan Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Sabtu, 24 Mei 2014.

Galeri yang didanai oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto tersebut kini menampung karya batik dari sekitar 30 pembatik anggota kelompok. Tercatat di desa itu ada sekitar 300 pembatik. (Baca: Politik dan Ekonomi Stabil, Bisnis Hotel Moncer)

Mirza optimistis batik Indonesia masih cukup mempunyai daya saing di pasar internasional. Oleh karena itu, jika produksinya terus meningkat, batik Banyumasan bisa menjadi produk andalan untuk dijual ke wisatawan.

Selain batik, Desa Papringan juga bisa dikembangkan potensi wisatanya karena berada di samping Sungai Serayu. Mirza pun meminta pengusaha mikro kecil dan menengah bisa mengakses permodalan dari perbankan.

Saat ini, kata dia, perbankan di Indonesia sangat agresif memberikan kredit mikro ke kalangan pengusaha kecil. Beberapa bank nasional baik milik pemerintah, swasta, maupun asing telah masuk ke kredit mikro termasuk mencari sentra-sentra produksi seperti Desa Papringan.

“Jadi, menurut saya, sentra-sentra produksi seperti ini pasti bank mau membiayai. Pokoknya bagi bank memberikan kredit, uangnya bisa kembali dan kemudian kreditnya bisa lebih besar lagi," katanya. (Baca: Keindahan Gerwasi, Batik Gresik)

Ketua Kelompok Pembatik Pring Mas, Siarmi mengatakan, pemantik di daerah itu merupakan pekerjaan turun temurun. “Kami ingin mengajarkan kepada yang muda-muda agar kembali menggemari batik,” katanya.

Ia mengatakan, batik khas Papringan dikenal dengan motif yang mengambil dari alam seperti pohon bambu. Warna dasar batik yang khas berwarna hitam. Saat ini, kata dia, tercatat ada sekitar 20-an motif batik yang dibuat oleh leluhurnya.

Sawinem, 70 tahun, salah satu pembatik di Desa Papringan yang sudah membatik selama 50 tahun mengatakan, dulunya dalam sehari ia hanya mendapat upah sekitar Rp 8.000 per kain batik. “Kain sudah dikasih oleh pemilik toko, kami tinggal mengerjakan.”

ARIS ANDRIANTO

Berita terpopuler:
BBM Subsidi di Timor Leste Laku Rp 10-15 Ribu

Selasa-Jumat, Hari 'Bebas Sapi' di Perbatasan

Bulan Depan, AirAsia Tutup Empat Rute Penerbangan

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

17 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

2 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

3 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

3 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

6 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

7 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

10 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

10 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

11 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya