TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal mendorong produktivitas singkong sepanjang 2015-2019 mendatang. Dari posisi saat ini hanya 18-20 ton per hektare, produksi singkong akan didorong hingga capaian maksimal 30-40 ton per hektare.
"Dalam rencana strategis Kementerian Pertanian 2015-2019, ubi kayu atau singkong kami tetapkan sebagai komoditas yang akan diakselerasi secara nasional," kata Direktur Pasca-Panen Kementerian Pertanian, Pending Dadih Permana, di Menara Kadin, Rabu, 14 Mei 2014.
Menurut Dadih, dorongan ini perlu dilakukan agar Indonesia tak perlu mengimpor singkong untuk memenuhi kebutuhan terutama untuk industri dalam negeri. "Tentunya kami juga mencanangkan dukungan spesifik untuk pengembangan industri pangan berbasis ubi kayu," ujarnya. (Baca: Singkong Emas Akan Jadi Primadona di Yogyakarta)
Dukungan tersebut misalnya, kemudahan berusaha dan membuka lahan baru. Selama ini, petani singkong masih terkendala kepemilikan lahan. Padahal potensi lahan baru mencapai 193 juta hektare. "Itu terdiri atas lahan sawah sekitar 8,3 juta hektare, lahan kering yang besar, dan lahan suboptimal," ujarnya.
Bahkan, lahan suboptimal di Sumatera Selatan sudah dikembangkan untuk menanam bibit singkong gajah dari Kalimantan Timur. "Ada sekitar 100 hektare di sana yang tentunya akan terus berkembang," ujarnya.
Selain itu, pemerintah akan memperbaiki efisiensi rantai nilai perdagangan singkong. Caranya, dengan membangun sistem dan persaingan yang sehat. "Kami juga akan memantau harga produk-produk ubi kayu di pasar," ujarnya.
Yang paling penting, menurut Dadih adalah pengendalian impor. Impor hanya akan dilakukan jika dalam negeri membutuhkan sementara pasokannya kurang. "Intinya kami tidak berharap impor," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler:
Disinggung Masalah HAM, Ini Reaksi Prabowo
Gus Ipul Anggap Wajar Sikap Rhoma Tolak Jokowi
Artis JR Terjerat Kasus Narkoba
Sutan Bhatoegana Jadi Tersangka KPK
Berita terkait
Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024
6 jam lalu
Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaKuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus
1 hari lalu
Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.
Baca SelengkapnyaMentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi
2 hari lalu
Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur
3 hari lalu
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.
Baca SelengkapnyaUang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya
3 hari lalu
Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?
Baca SelengkapnyaProgram Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian
5 hari lalu
Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya
5 hari lalu
Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.
Baca SelengkapnyaSidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi
6 hari lalu
Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)
Baca SelengkapnyaMenteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi
9 hari lalu
Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar
Baca SelengkapnyaNovel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya
11 hari lalu
Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.
Baca Selengkapnya