Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Presiden Boediono menagih janji pemindahan pipa gas warisan Kodeco Energy oleh PT Pertamina Hulu Energy-West Madura Offshore (PHE-WMO) di Alur Pelayaran Barat Surabaya. Boediono berharap pemindahan pipa itu bisa terlaksana sesuai rencana sehingga proyek pelebaran alur petikemas di Terminal Teluk Lamong bisa segera digarap.
"Kami harapkan pipa Kodeco bisa terlaksana sesuai waktu sasaran. Kalau ada masalah dan ada yang bisa kami lakukan, kami dukung," kata Boediono dalam kunjungan kerjanya ke Surabaya, Sabtu, 26 April 2014.
General Manager PHE WMO Boyke Pardede berjanji akan melakukan pemindahan pipa gas tersebut pada Oktober-November 2014. Menurut Boyke, pihaknya sudah mendapat persetujuan kontrak untuk menggeser pipa gas ke luar jalur APBS. "Rencananya sesuai jadwal. Harapannya Oktober-November semua bisa berjalan. Kami akan monitor sesuai jadwal," ujar Boyke.
Direktur PT Pelabuhan Indonesia III Djarwo Surjanto mengatakan APBS akan mulai dikerjakan pada Mei 2014 ini. Pelebaran alur tersebut ditargetkan bisa tuntas dalam delapan bulan. "Januari 2015 kita sudah punya alur baru," ujarnya.
Keberadaan APBS diyakini bisa meningkatkan kapasitas dan frekuensi lalu lintas kapal. Pada tahap pertama, APBS akan diperlebar dari 100 meter menjadi 150 meter dan dari kedalaman 9,5 meter menjadi 14 meter. Dengan demikian, jalur perlintasan bisa menampung hingga lebih dari 40 ribu frekuensi kapal per tahun. Ini akan menurunkan waktu tunggu kapal sehingga berdampak pada harga komoditas.
Selain menanyakan tentang kepastian pelebaran Teluk Lamong dari sisi akses laut, Boediono juga memastikan waktu pelaksanaan akses darat menuju Teluk Lamong menggunakan monorel dan rel ganda.
Djarwo mengatakan akan segera berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) guna mempersiapkan jalur rel kereta api. Proyek ini diakui Djarwo masih dalam tahap pengurusan izin pembangunan di TNI Angkatan Laut dan Pemerintah Kota Surabaya.
Nantinya PT Pelindo III akan membangun jalur Automates Container Transporter (ACT) bekerja sama dengan PT Adhi Karya dan PT Kereta Api Indonesia untuk memanfaatkan rel ganda kereta api.
Meskipun Djarwo mengaku ada keterlambatan penyelesaian Terminal Teluk Lamong, tetapi ia memastikan pertengahan Juni 2014 sudah bisa beroperasi. Keterlambatan itu, kata Djarwo, lebih disebabkan adanya kedatangan alat bongkar muat, seperti Automated Stacking Crane (ASC), Ship to Shore Crane dan Combines Terminal Trailer.
Dalam kunjungan kerjanya, Boediono didampingi Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan Staf Ahli Wakil Presiden Sofjan Djalil. Rombongan wakil presiden juga meninjau operasional Terminal T2 Bandara Juanda.
Di T2 Juanda, Boediono mendengarkan pemaparan Direktur Teknik PT Angkasa Pura I, Polana B Pramesti. Menurut Polana, hingga kini T2 sudah melayani 43 penerbangan domestik dan 18 penerbangan internasional setiap hari.
Setelah Surabaya dan Sidoarjo, rombongan wakil presiden akan melanjutkan lawatan ke Blitar dan Kediri. Sebelumnya, Boediono melakukan kunjungan kerja ke Semarang dan Bojonegoro.