Jepang Minta Pelonggaran Larangan Ekspor Mineral  

Reporter

Rabu, 19 Maret 2014 20:33 WIB

Seorang pekerja saat mengolah nikel di smelter atau peleburan nikel PT Vale Tbk, dekat Sorowako, Sulawesi (8/1). Kebijakan larangan Indonesia terhadap ekspor bijih mineral utama mempengaruhi keefektivitasan untuk berinvestasi di peleburan bahan tambang. REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Larangan ekspor mineral yang diberlakukan pemerintah pada 12 Januari 2014 membuat resah negara lain, salah satunya Jepang. Menurut Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat, pelaku industri dan pemerintah Jepang sangat terganggu dengan kebijakan ini. (Baca: Peraturan Tak Jelas, Ekspor Mineral Diboikot).

Masalah ini diutarakan Duta Besar Jepang Yoshinori Katori saat bertemu dengan Hidayat pada Rabu, 19 Maret 2014. "Dia tadi meminta bantuan, ada masalah yang harus dipecahkan terkait dengan larangan ekspor mineral," kata Hidayat di kantornya.

Hidayat menyatakan Katori meminta dirinya menjembatani pertemuan bilateral antara pejabat tinggi Jepang dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Katori, kata Hidayat, mengatakan Jepang sangat terganggu dengan kebijakan yang melarang ekspor mineral mentah. "Saya bilang, silakan saja diatur. Tetapi saya menegaskan pemerintah Indonesia tidak akan berubah pikiran," ujarnya.

Jepang adalah salah satu negara tujuan ekspor nikel Indonesia. Pada 2011, Jepang mengimpor 1,95 juta ton bijih nikel dari Indonesia atau 53 persen dari seluruh kebutuhannya. Namun saat ini, kata Hidayat, porsi nikel asal Indonesia menurun hingga 44 persen. "Meski turun, kita masih dominan dan tak tergantikan." (Baca juga: 2020, Nilai Ekspor Mineral Ditargetkan US$ 12 M).

Saat ini, kata Hidayat, beberapa perusahaan Jepang tengah melakukan studi kelayakan untuk membangun smelter di Indonesia. Namun, menurut dia, hal itu tidak akan membuat pemerintah Indonesia memberikan kelonggaran larangan ekspor mineral mentah.

Ketika dikonfirmasi soal agenda pertemuannya dengan Hidayat, Katori hanya menjawab singkat. "Bukan (soal mineral), hanya soal kerja sama yang umum-umum," katanya.

PINGIT ARIA

Berita Terpopuler
Media Malaysia Sebut RI Bantu AS Sembunyikan MH370
Wartawan Prancis Bikin Menhan Malaysia Melongo
Komandan Polisi Tewas Ditembak di Mapolda Metro
Anwar Ibrahim Akui Pilot MH370 Kerabatnya




Berita terkait

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

16 jam lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

3 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

4 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

5 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

9 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

10 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

11 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

13 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

29 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

30 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya