BI Musnahkan 135.110 Lembar Uang Palsu  

Kamis, 20 Februari 2014 19:36 WIB

Ilustrasi Uang Palsu. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia bersama Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Polri) memusnahkan temuan uang palsu di gedung Bank Indonesia. Uang palsu ini merupakan temuan sejak 2008 hingga 2013.

"Total uang yang dimusnahkan 135.110 lembar," kata Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Lambok Antonius Siahaan, di gedung Bank Indonesia, Kamis, 20 Februari 2014.

Ia mengatakan seluruh uang tersebut diperoleh dari temuan kepolisian ataupun laporan masyarakat. "Seluruh uang dimusnahkan menggunakan mesin racik uang kertas milik Bank Indonesia.”

Lambok menjelaskan, pemusnahan ini didasarkan pada Surat Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 01/Pen.Mus.Pid/2014/PN.Jkt.Sel tertanggal 7 Januari 2014 perihal Penetapan Ketua Pengadian Negeri tentang Pemberian Izin kepada Penyidik untuk melakukan pemusnahan benda sitaan.

Sebanyak 135.110 lembar uang kertas palsu tersebut terdiri atas 67.278 lembar pecahan Rp 100.000, 56.746 lembar pecahan Rp 50.000, 5.033 lembar pecahan Rp 20.000, 3.553 lembar pecahan Rp 10.000, 2.460 lembar pecahan Rp 5.000, 19 lembar pecahan Rp 2.000, dan pecahan Rp 1000 sebanyak 3 lembar.

Lambok mengungkapkan pecahan uang palsu yang paling dominan adalah Rp 100.000. Seluruh uang palsu tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat diketahui total nominalnya. "Itu tidak ada nilainya, tidak bisa disebut nominal."

Di tempat yang sama, Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto mengatakan seluruh temuan uang palsu ini merupakan hasil penyitaan penyidik. Selama 2013, uang palsu tersebut diperoleh melalui 58 perkara (laporan kepolisian) dengan jumah tersangka 115 orang.

Arief mengatakan sebagian besar uang palsu ini beredar di Pulau Jawa dengan persentase terbesar berada di wilayah Jawa Timur, yakni 22,85 persen, lalu Jakarta 20,71 persen, Jawa Barat 15,23 persen, Jawa Tengah 13,19 persen, dan Yogyakarta, 12,30 persen. Ia mengatakan temuan terbesar dalam pemusnahan uang ini adalah hasil penangkapan kepolisian dibandingkan dengan penyortiran yang dilakukan Bank Indonesia.

Berdasarkan tangkapan kepolisian, berkembangnya uang palsu ini merupakan dampak perkembangan teknologi mesin pencetak kertas (printer). "Modus terbesar dari printer berwarna," kata Arief.

MAYA NAWANGWULAN

Berita terkait:
Geram Ahok Soal Busway: Bus Rp 1 M Ditulis Rp 3 M
Abraham Samad: KPK Akan Berlari meski dengan Satu Kaki
Mengapa Risma Tolak Jalan Tol Tengah Surabaya?
KPK Dalami Airin sebagai Penikmat Korupsi Suami

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya