Ramai-ramai Uang Bitcoin, Begini Cara Kerjanya
Editor
Muchamad Nafi
Kamis, 20 Februari 2014 06:44 WIB
TEMPO.CO , Jakarta - Chief Executive Officer Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan mengatakan sistem peredaran mata uang online Bitcoin bekerja tanpa server. "Dalam peredaran Bitcoin, tidak ada server yang mengatur," kata Oscar beberapa waktu lalu saat berkunjung ke kantor Tempo.
Oscar menjelaskan bahwa pada dasarnya Bitcoin merupakan e-money seperti halnya perfect money dan paypal. Namun kedua mata uang tersebut beredar dengan server yang mengaturnya. Sedangkan dalam peredaran Bitcoin, seluruh komputer pengguna merupakan server Bitcoin.
Komputer pengguna Bitcoin yang telah di-instal perangkat lunak Satoshi Nakamoto (nama hacker pencetus Bitcoin) diatur ke dalam jaringan Internet dan saling berbagi database. Dengan demikian setiap komputer pengguna Bitcoin terlibat sebagai bagian dari server.
Sistem kerja Bitcoin berdasarkan software matematika. Dalam Bitcoin dikenal sebutan miner (penambang), user, dan calculation software. Seperti halnya penambang emas, penambang Bitcoin merupakan perusahaan atau perorangan yang mempunyai calculation software tersendiri yang terhubung dengan sistem server Bitcoin. Nantinya software itu akan mengeluarkan algoritma matematika.
Software yang dimiliki oleh miner itu akan menebak angka dari algoritma matematika. Sistem yang tebakannya benar akan mendapat 50 BTC. "Ini bisa dibilang untung-untungan," kata Oscar.
Sedangkan user (pengguna) merupakan para exchanger, seperti Bitcoin Indonesia atau perorangan, yang berinvestasi dengan Bitcoin. Misal, seseorang berinvestasi dengan Bitcoin sebanyak Rp 1 juta. Maka program akan otomatis menghitung transaksi yang keluar, yakni 0,107 BTC. Angka tersebut muncul karena saat ini transaksi Bitcoin lebih banyak pada besaran 0,001, dan 1 BTC sudah dianggap terlalu besar. Sedangkan syarat mata uang bisa digunakan untuk pembelian dengan nilai terkecil sekalipun.
<!--more-->
Oscar mengatakan satuan terkecil Bitcoin yakni Satoshi. Bitcoin bisa dibuat ke dalam pecahan sebanyak delapan nol (100000000). Pada nol di titik ketiga disebut milibit, nol kedua disebut centibit, nol keenam disebut mikrobit, dan nol kedelapan disebut satoshi. Dengan sistem seperti ini, peredaran Bitcoin sejak diluncurkan pada 2009 sampai hari ini mencapai 121,1 juta BTC.
Peredaran Bitcoin di Indonesia masih sangat kecil jika dibanding negara lainnya, yakni kurang dari 1 persen dari total seluruh pengguna Bitcoin di dunia. "Sedangkan di Amerika Serikat pengguna Bitcoin mencapai 35 persen, dan Cina 52 persen," ujar Oscar.
Seluruh sistem yang ada di Bitcoin dapat digunakan gratis. Sistem peredarannya, kata Oscar, tidak akan bisa dimodifikasi oleh pengguna "nakal". Sebab calculation software Bitcoin sudah dilepas ke pasaran. Dengan demikian tidak memungkinkan software dimodifikasi karena database telah dibagi rata. Pada saat ada komputer yang berusaha mencurangi software, secara otomatis software akan menganggap komputer itu bukan bagian dari Bitcoin karena memiliki software berbeda.
Kemudian wallet milik pengguna yang curang juga akan terdeteksi sebagai bukan bagian dari Bitcoin. Software tersebut tidak akan bisa memecahkan algoritma matematika karena transaksi bersifat satu arah. Sampai saat ini belum ada hacker yang bisa mencurangi sistem Bitcoin.
Nilai Bitcoin dapat naik dan turun setiap menit bergantung pada persediaan dan permintaan (supply and demand). Dengan demikian, sampai saat ini, menurut Oscar, Bitcoin belum bisa menjadi mata uang karena karena nilainya belum stabil. Misalnya, hari ini pecahan mencapai US$ 750, sedangkan kemarin US$ 500.
APRILIANI GITA FITRIA
Terpopuler:
Baru Ketemu Risma, Wisnu Sudah Cerita Proyek
Pesan Jokowi untuk Wali Kota Risma: Sabar ya, Bu...
Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions
Curhat Wali Kota Risma kepada Elite PDIP
Digempur Lobi Jalur ITS dan Sogokan, Surutkah Risma?
Kisah Ransel Hitam Buat Sutan Bhatoegana