TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan sektor pertanian tak bisa lagi diandalkan untuk menyerap tenaga kerja pada masa mendatang. Menurut dia, terbatasnya lahan di sektor pertanian yang berdampak pada penurunan produktifitas membuat sektor ini tak bisa lagi menampung kebutuhan lapangan kerja yang semakin banyak.
"Kalau dalam ekonomi, namanya the low of the missing return. Tanah kecil dikasih orang banyak akibatnya kepenuhan. Yang harus terjadi adalah bagaimana pertanian ini dimodernisasi supaya pindah ke manufaktur dan jasa," kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Rabu, 5 Februari 2014.
Chatib mengatakan sektor manufaktur harus tumbuh. Saat ini, rasio manufaktur terhadap produk domestik bruto menurun. Sedangkan pertumbuhan sektor jasa lebih cepat, sekitar 11 persen. "Maka share dari sektor jasa mengalami peningkatan," ujarnya.
Chatib mengakui penciptaan lapangan kerja pada 2013 mengalami penurunan karena perlambatan investasi yang merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. "Pasti berpengaruh, makanya dibuat insentif PPh Pasal 25 untuk cegah unemployment. Penyerapan tenaga kerja barunya belum banyak, tapi paling tidak mencegah orang yang existing tidak diberhentikan," katanya.
Perlambatan investasi itu membuat pertumbuhan industri pengolahan bergeser ke jasa. Chatib mengatakan sektor jasa, seperti hotel dan restoran, juga banyak menyerap tenaga kerja. "Coba lihat, hampir 50 persen tenaga kerja sektor jasa, pertanian hampir 40 persen," katanya.
Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus
10 hari lalu
Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.