Pekerja membongkar muatan kedelai impor di Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/1). Kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,2 juta ton per tahun. Produksi lokal sekitar 600 ribu ton., sisanya diimpor dari Amerika dan Argentina. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, mengatakan bahwa sebenarnya kualitas kedelai lokal tidak kalah dengan impor. Namun, kedelai lokal kurang dalam hal produksi dan penanganan pascapanen.
"Kedelai dalam negeri bagus dan lebih halus. Acinya saat dibuat jadi lebih banyak, rasanya gurih, tapi produksinya sedikit," kata Aip ketika ditemui dalam acara pelepasan kedelai impor Gakoptindo, di Tanjung Priok, Kamis, 30 Januari 2014.
Menurut data Kementrian Pertanian, produksi kedelai lokal hanya 700 ribu ton per tahun sedangkan kebutuhan kedelai mencapai 2,2 hingga 2,5 juta ton per tahun. Untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah membuka keran impor kedelai.
"Harus ada pembinaan dari pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal. Harga kedelai lokal sekarang Rp 7.500 per kilogram, tapi saya bisa beli Rp 7.800 - 8.100 perkilogram," ujar Aip.
Menurut catatan Gakoptindo, sepanjang 2013, lembaganya hanya menyerap tidak sampai 1.000 ton kedelai lokal. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan perajin 2,5 juta ton sepenuhnya dari impor. "Sesuai ketentuan, importir kedelai harus menyerap sedikitnya 25 persen kedelai lokal dari kuota impor," ujar Aip.