Penyebab Harga Komoditas Masih Melambat  

Reporter

Editor

Muchamad Nafi

Selasa, 21 Januari 2014 20:00 WIB

Beberapa trader memantau pergerakan harga komoditas di Bursa Berjangka Jakarta, Rabu (15/4). ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan harga komoditas pada tahun ini diprediksi masih tetap melambat. Prediksi itu didasarkan pada kondisi ekonomi Cina yang hanya tumbuh di kisaran 7 persen. "Pertumbuhan indeks harga komoditas non-migas hanya 1 persen," kata Dody seusai acara "Indonesia Investor Forum" di Jakarta Convention Center, Selasa, 21 Januari 2014.

Pertumbuhan indeks yang hanya 1 persen, kata Dody, tetap bisa mendorong kinerja ekspor Indonesia untuk membaik. "Tahun lalu minus 8 persen. Jadi sudah bisa mendorong ekspor meskipun tidak sebesar yang diperkirakan," kata Dody. "Sepanjang pertumbuhan Cina di bawah historisnya, harga komoditas akan tetap melambat."

Perkembangan ekonomi global saat ini juga dinilai sudah menunjukkan perbaikan. Amerika dan Eropa sudah lebih kondusif. Dengan adanya perbaikan tersebut, bank sentral memprediksi defisit transaksi berjalan pada 2014 bisa di bawah 3 persen. "Indonesia saat ini memang masih tergantung ekspor komoditas karena performa ekspor migas belum kuat," ujar dia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan dengan adanya perbaikan di pasar dagang utama Indonesia, pemerintah menargetkan pertumbuhan indeks harga komoditas bisa mencapai 5 persen. "Faktor fundamental Indonesia ekonominya tumbuh. Pertumbuhan di-upgrade naik di pasar Indonesia seperti Amerika, Jepang, dan Cina," katanya.

Dengan demikian, ekspor Indonesia akan tumbuh pada tahun ini. Target itu sudah memperhitungkan larangan ekspor mineral mentah. Selain itu, barang-barang baru dan pasar-pasar baru juga mulai memperlihatkan geliatnya. Dia mencontohkan pasar baru seperti Pakistan, dengan adanya Preferential Trade Agreement (PTA), hasilnya sudah cukup baik. "Ada juga sumber lainnya dari barang-barang baru hasil hilirisasi. Kami optimistis target itu tercapai dan tren surplus terus berlanjut," katanya.

ANGGA SUKMA WIJAYA


Berita Terpopuler:
Ahok: Gimana Enggak Banjir Kalau Tanggul Dibolongi?
7 Ekspresi Sewot Ani SBY di Instagram
Jokowi Rembuk Banjir di Katulampa, Ini Hasilnya
Seberapa Kaya Sutan Bhatoegana?
Geram Ahok Soal Molornya APBD DKI

Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

1 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

2 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

2 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

3 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

8 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

8 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

8 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

10 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

11 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya