Paket Bali Beri Kelonggaran Subsidi Pertanian  

Reporter

Editor

Zed abidien

Minggu, 8 Desember 2013 15:38 WIB

Seorang aktivis melakukan aksi memperingati kematian Lee Kyung Hae petani korea saat Konferensi WTO di Nusa Dua, Bali, (5/12). Lee Kyung Hae yang meninggal karena menusuk dirinya sendiri karena menolak konfrensi WTO ke-5 di Cancun, Korea. TEMPO/Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Denpasar - Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9 baru ditutup kemarin dengan menghasilkan kesepakatan berupa Paket Bali. Paket itu berisi tiga poin utama, yaitu Fasilitasi Perdagangan (Trade Facilitation), Pertanian (Agriculture), dan Least Developed Countries (LDCs).

"Setelah melakukan negosiasi yang cukup panjang, kami para menteri dari WTO menyetujui untuk memberikan fleksibilitas bagi negara berkembang untuk menerapkan program ketahanan pangan," ujar Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan, yang juga berperan sebagai ketua dalam Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9, Ahad, 8 Desember 2013.

Pertemuan tersebut seharusnya sudah diakhiri pada Jumat, 6 Desember 2013, namun, karena perundingan masih alot, negosiasi dilanjutkan hingga Sabtu kemarin. Beruntung, akhirnya delegasi dari 160 negara (termasuk Yaman) akhirnya berhasil mencatat sejarah baru perundingan WTO setelah terhenti selama 12 tahun untuk menyelesaikan Putaran Doha.

Salah satu topik perjuangan untuk membuahkan Paket Bali sempat terhalang oleh sikap India yang ingin menaikkan subsidi pertanian untuk negara berkembang yang semula dibatasi maksimal 10 persen dari output nasional. Dalam negosiasi tersebut, negara maju seperti Amerika Serikat sesungguhnya telah setuju untuk membuat kelonggaran subsidi namun dalam jangka waktu tertentu.

Majelis akhirnya menyetujui solusi yang menyebutkan bahwa anggota WTO menyetujui penempatan mekanisme interim untuk melakukan negosiasi guna menghasilkan solusi permanen yang akan diadopsi dalam Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-11 yang akan digelar empat tahun lagi.

Selama masa interim tersebut, setiap anggota yang tergabung dalam WTO harus menahan diri untuk tidak membawa aduan soal subsidi pertanian dalam penyelesaian sengketa WTO. Artinya, selama jangka waktu tersebut negara-negara berkembang dapat memberikan subsidi pertanian di atas ketentuan 10 persen.

Paket Bali ini merupakan upaya untuk menyukseskan Agenda Pembangunan Doha yang telah dimulai pada 2001, dan hingga kini belum selesai. Dengan kesepakatan Paket Bali ini, negara-negara anggota WTO akan lebih yakin untuk dapat menyelesaikan Putaran Doha nantinya.

Paket Bali yang disepakati mencakup sepuluh poin pembahasan yang meliputi isu fasilitasi perdagangan, general services untuk pertanian, public stockholding untuk ketahanan pangan, Tariff Rate Quota untuk produk pertanian, persaingan ekspor, perdagangan kapas, ketentuan asal barang, perlakuan khusus terhadap penyedia jasa dari negara kurang berkembang, Duty-Free and Quota-Free (DFQF) untuk negara kurang berkembang, dan mekanisme pengawasan Special and Differential Treatment terhadap negara kurang berkembang.

"Masyarakat dunia akan mendapatkan manfaat dari paket ini, dari komunitas bisnis, mereka yang mencari pekerjaan, masyarakat miskin, mereka yang bergantung pada skema ketahanan pangan, petani negara berkembang, petani kapas negara berkembang, dan perekonomian negara kurang berkembang secara keseluruhan," ujar Direktur Jendral WTO, Roberto Azevedo.

PINGIT ARIA

Berita terkait

Indonesia Akan Gugat Uni Eropa ke WTO, Soal Apa?

13 November 2019

Indonesia Akan Gugat Uni Eropa ke WTO, Soal Apa?

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan Indonesia bakal menggugat Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Baca Selengkapnya

Banding RI Atas Putusan WTO Diajukan Januari

27 Desember 2016

Banding RI Atas Putusan WTO Diajukan Januari

Ada beberapa peraturan yang disengketakan Amerika Serikat dan Selandia Baru sudah diamendemen selama proses sengketa berlangsung.

Baca Selengkapnya

Pengamat: WTO Rugikan Indonesia  

8 Desember 2013

Pengamat: WTO Rugikan Indonesia  

Dalam Paket Bali yang disepakati tersebut, jika subisidi pertanian tidak ditingkatkan, maka petani di Indonesia akan banyak yang miskin.

Baca Selengkapnya

WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun

7 Desember 2013

WTO : Paket Bali Ciptakan Keuntungan US$ 1 triliun

Ini adalah keuntungan dari poin fasilitasi perdagangan.

Baca Selengkapnya

Paket Bali Disepakati, Konferensi WTO Berakhir

7 Desember 2013

Paket Bali Disepakati, Konferensi WTO Berakhir

Pertama kali dalam sejarah, WTO membuahkan kesepakatan.

Baca Selengkapnya

Ada Hiu Dikeroyok Ikan Kecil di Konferensi WTO  

6 Desember 2013

Ada Hiu Dikeroyok Ikan Kecil di Konferensi WTO  

Unjuk rasa terus dilakukan kelompok masyarakat dan LSM mengiringi Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) yang sedang berlangsung di Nusa Dua, Bali.

Baca Selengkapnya

Tolak WTO, Indonesia Disebut Boneka Amerika

6 Desember 2013

Tolak WTO, Indonesia Disebut Boneka Amerika

Mereka juga mengecam sikap Indonesia yang seolah menjadi boneka dan kaki tangan Amerika yang disebut imperialis.

Baca Selengkapnya

Tolak WTO, LSM Indonesia Dukung Perjuangan India  

6 Desember 2013

Tolak WTO, LSM Indonesia Dukung Perjuangan India  

"Ini bicara soal kedaulatan."

Baca Selengkapnya

Hari Terakhir, Konferensi WTO Masih Alot

6 Desember 2013

Hari Terakhir, Konferensi WTO Masih Alot

India dan Amerika Serikat masih tidak sepaham mengenai subsidi dan mekanisme kuota ekspor produk pertanian.

Baca Selengkapnya

Aktivis: WTO Sudah di Ambang Kematian

6 Desember 2013

Aktivis: WTO Sudah di Ambang Kematian

WTO sudah hampir mati ditandai dengan mulainya beberapa negara
membangun hubungan bilateral untuk kerja sama perdagangan.

Baca Selengkapnya