Papan elektronik penunjuk pergerakan kurs valuta asing di PT Ayu Masagung di Jakarta, (10/10). Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank sempat anjlok melewati level Rp10.000 per dolar AS. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Menumpuknya utang luar negeri yang jatuh tempo pada akhir tahun ini dinilai masih wajar, terutama bila menilik level rasio utang terhadap produk domestik bruto saat ini. “Hingga kuartal ketiga tahun ini, rasio utang luar negeri terhadap PDB nominal masih di bawah 30 persen,” ujar ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, Kamis petang, 28 November 2013.
Rangga menjelaskan, rasio utang luar negeri terhadap PDB nominal sebetulnya naik sejak Maret 2012. Tapi hingga kini belum ada lonjakan rasio yang dinilai drastis.
Selama ini pengaruh negatif utang terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi jika rasio utang luar negeri terhadap PDB nominal di negara-negara berkembang naik di atas 30-60 persen. Dan untuk Indonesia, kategorinya masih aman dan pertumbuhan ekonomi masih mampu tumbuh walaupun lebih lambat dari sebelumnya.
Menurut Rangga, baik pemerintah maupun swasta bisa saja melakukan roll over atau perpanjangan masa pembayaran utang jatuh tempo tersebut. Tapi pemerintah hanya bisa memutuskan dan melakukan roll over untuk utang pemerintah dan BI, yang proporsinya kecil dibanding total utang luar negeri. Sedangkan rescheduling pembayaran utang swasta harus dilakukan korporasi terkait.
Rangga menjelaskan, anjloknya kurs rupiah saat ini yang menembus level Rp 12 ribu per dolar AS disebabkan lonjakan permintaan dolar AS untuk keperluan pembayaran pokok dan cicilan utang yang jatuh tempo. "Sepanjang kuartal empat ini dibutuhkan US$ 21 miliar untuk pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, baik pemerintah maupun swasta."
Namun ia belum melihat ada masalah kemampuan membayar pokok dan cicilan utang dari pemerintah maupun swasta. Di sisi lain, saat ini kurs non-deliverable forward rupiah tenor satu bulan sudah berada di atas kurs referensi (Jisdor) BI. Itu menandakan tekanan sentimen negatif yang datang dari sisi eksternal sudah lebih kuat.
Berikut ini rasio utang luar negeri terhadap PDB sepanjang 2012-2013 yang disarikan dari Statistik Bank Indonesia: