Bank Persyarikatan Indonesia Masuk Pengawasan Khusus BI

Reporter

Editor

Senin, 20 Desember 2004 12:55 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Bank Indonesia (BI) telah memasukan Bank Persyarikatan Indonesia (BI) sebagai bank dalam pengawasan khusus atau special surveillance unit (SSU). BI akan mengawasi bank ini tiga bulan. Direktur Direktorat Pengawasan I BI, Sabar Anton Tarihoran, menegaskan bank dalam pengawasan khusus akibat adanya persoalan rasio kecukupan modal (CAR), Giro Wajib Minimun serta Likuiditas bank. Namun, Anton tidak menyebutkan persoalan yang menimpa bank yang merupakan unit usaha Muhammadiyah ini. Ia juga tidak menyebutkan kapan BI memasukan BPI dalam pengawasan khusus. "Satu hal yang bisa saya katakan, bank ini sudah masuk SSU," katanya usai acara penandatanganan kerjasama BI, Kapolri dan Kejaksaan Agung dalam penanganan tindak pidana perbankan di Gedung BI Jakarta, Senin (20/12). Menurutnya, persoalan yang menimpa bank ini tidak perlu dibesar-besarkan. Pasalnya, kata dia, pemberitaan ini akan mengakibatkan kepanikan nasabah. Selain itu, lanjutnya, bank ini juga tengah berupaya meningkatkan modalnya melalui investor. Anton mengatakan, BPI sudah mempunyai dua calon investor diluar AA Corporation (Malaysia) serta Bukopin. Anton mengatakan, AA Corporation dan Bank Bukopin sudah menyatakan mundur menyuntikan dananya ke BPI. "Investor yang baru ini campuran lokal dan asing," kata dia. Berdasarkan laporan keuangan, hingga September 2004, rasio kecukupan modal BPI hanya 8,8 persen. Bank ini juga mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar. Sebelumnya, anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR, Drajat H.Wibowo, mengatakan bank ini membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 300-Rp 400 miliar. Sementara itu, untuk meningkatkan likuiditas, Drajat memperkirakan BPI membutuhkan dana pihak ke-3 minimal Rp 30 miliar. Menurutnya, unit usaha Muhammadiyah ini belum memberikan pemasukan yang berarti, dibandingkan unit usaha lainnya seperti perguruan tinggi dan rumah sakit. Untuk itu, Drajat mengharapkan persoalan yang menimpa BPI tidak merembet ke unit usaha lainnya. Yandi MR

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

3 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya