Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Kembali perkasanya dolar di pasar global membuat posisi rupiah semakin terpuruk.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali terdepresiasi 46 poin (0,39 persen) ke level 11.703 per dolar Amerika. Ini adalah level terparah rupiah sejak 30 September 2013.
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan yang terjadi pada dolar Amerika membuat posisi mata uang emerging market kembali melemah. "Rupiah terimbas pelemahan mata uang Asia lainnya sekaligus yang mengalami depresiasi paling dalam."
Pertemuan bank sentral Amerika (The Fed) Rabu malam yang kembali membuka peluang adanya pengurangan stimulus dalam waktu dekat membuat pelaku pasar kembali memburu dolar sebagai aset paling aman (safe haven). Imbasnya, dana asing kembali keluar dari pasar berkembang.
Tekanan terhadap rupiah juga masih disebabkan oleh faktor neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang masih defisit. Meski defisit neraca perdagangan mulai menyempit, neraca portofolio mencatat arus keluar yang cukup signifikan, terutama di pasar saham.
"Hingga saat ini, total dana asing yang keluar dari pasar modal telah mencapai US$ 4 miliar sehingga wajar bila permintaan dolar di dalam negeri sangat tinggi," ujar Lana.
Ia berharap pelemahan rupiah tidak berlanjut sehingga kestabilan nilai tukar terjaga. Kebijakan suku bunga tinggi diharapkan mampu menahan investor asing untuk memindahkan asetnya ke instrumen obligasi.
Dari regional, mata uang Asia cenderung melemah. Hingga 17.41 WIB, dolar Hong Kong diperdagangkan di 7,7519 per dolar Amerika, dolar Singapura 1,2487 per dolar Amerika, yen 100,87 per dolar Amerika, dan yuan 6,0928 per dolar Amerika.
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
2 hari lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen