Apindo: Kenaikan BI Rate Menekan Perekonomian  

Reporter

Rabu, 13 November 2013 18:27 WIB

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi (kiri) berbicara bersama Ketum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat (tengah) dan Wakil Sekjen Federasi Gabungan Elektronika (GABEL) Yeabe Keet tentang sikap terhadap kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) di gedung Permata Kuningan, Jakarta, Rabu (14/3). ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 7,5 persen akan menyebabkan ekonomi Indonesia menciut. Menurut dia, kenaikan tersebut juga menunjukkan kebijakan pengetatan uang. "Ini berarti perusahaan harus lebih hati-hati," kata Sofjan di Kementerian Perindustrian, Rabu, 13 November 2013.


Dengan kebijakan pengetatan uang ini, kata dia, perekonomian akan menciut dan dibarengi dengan kenaikan inflasi. "Harga-harga naik karena suku bunga akan dinaikkan" katanya.

Dalam kondisi seperti itu industri akan terkena dampaknya dari penurunan daya beli masyarakat. Ia memprediksi pertumbuhan industri menurun karena orang akan cenderung mengurangi pembelian akibat harga-harga yang naik. "Orang beli barang lebih sedikit," katanya.

Selain itu, Sofjan memperkirakan kenaikan BI Rate mempengaruhi pertumbuhan industri non-minyak dan gas. Pelaku usaha lebih memilih untuk menunda investasi baru. Begitu pula dengan rencana ekspansi yang akan ditangguhkan.

Dia memperkirakan, pada akhir tahun pertumbuhan industri non-migas turun menjadi 5,8 persen. Investasi serta ekspansi yang tertahan akan terasa akibatnya dalam jangka tiga tahun. Sebab, tahun ini realisasi investasi dan ekspansi masih terjadi. Namun, ketika investasi dan ekspansi mulai ditahan, pertumbuhan akan terhambat pada tiga tahun mendatang.

Kemarin, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin, dari 7,25 persen menjadi 7,5 persen. Bank Indonesia menyatakan kenaikan ini bertujuan untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan ke depan.




ANANDA TERESIA






Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya