Dalam pameran furnitur IFFINA ini sejumlah produk perabot dengan model terbaru dari berbagai jenis bahan, seperti kayu atau rotan dipamerkan. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap para pelaku usaha furnitur dan kerajinan nasional menggenjot ekspornya hingga mencapai nilai US$ 2,8-3,0 miliar. Penggunaan bahan baku yang hampir semuanya lokal membuat industri di bidang ini lebih kebal dari segala krisis ekonomi global.
"Dibanding tahun lalu, ekspor tahun depan minimal harus naik 7 persen," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah, Natsir Mansyur, melalui keterangan tertulis yang sampai di meja redaksi Tempo, Selasa, 12 November 2013.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2012, ekspor furnitur memberikan kontribusi terhadap perolehan devisa negara sebesar US$ 2,6 miliar. Dari jumlah itu, US$ 1,8 miliar disumbang sektor furnitur dan US$ 800 juta dari sektor kerajinan.
Besarnya ekspor dari produk furnitur, menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan & Kerajinan Indonesia (Asmindo) M. Taufik Gani, tak hanya akan membuat pengusaha sejahtera, tapi juga akan menyerap banyak tenaga kerja. "Tidak kurang dari 4 juta orang yang terlibat dalam industri ini, baik tenaga kerja langsung maupun tidak langsung," ujarnya sambil menyebutkan, dari 2.216 anggotanya, sebanyak 80 persen di antaranya termasuk kategori pengusaha kecil dan menengah.
Untuk terus menggenjot kinerja ekspor furnitur dan kerajinan, tahun depan, Asmindo akan kembali menggelar Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2014 ketujuh dengan mengusung konsep ramah lingkungan. "Ini bukti kepedulian terhadap pelestarian lingkungan di tengah-tengah maraknya isu illegal logging yang selalu digaungkan dunia internasional terhadap produk-produk kehutanan Indonesia," kata Taufik.