TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan penambahan 308 pesawat sampai tahun 2025 bisa meningkatkan kinerja ketepatan waktu (on-time performance). Jumlah tersebut diharapkan bisa menggapai target Lion Air tahun depan dengan rata-rata kinerja ketepatan waktu hingga 80 persen.
Lion Air kembali mendatangkan 48 pesawat baru tipe Boeing 737. Pesawat-pesawat itu akan melayani rute penerbangan domestik sekaligus memperkuat maskapai di luar negeri, seperti Thai Lion Air dan Malindo Air. “Sebagian dari 48 pesawat tersebut digunakan untuk cadangan agar menghindari delay,” ujar Edward dalam konferensi pers di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta, Senin, 11 November 2013.
Tak hanya penambahan pesawat, Lion Air tahun depan memperkuat hub di Bandara Hang Nadim, Batam. Hub baru ini akan menjadi penghubung antarkota fokus di kawasan timur Indonesia, seperti Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar, Tarakan; dan beberapa daerah di Sumatera, seperti Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, dan Pekanbaru. "Kami sudah mempersiapkan hanggar di Hang Nadim yang bisa menampung 40 pesawat," ujar Edward.
Sebanyak 75 persen penyebab penundaan penerbangan, kata Edward, di luar kendali, seperti cuaca buruk. Sisanya karena kepadatan traffic dan masalah teknis lain. Lion selama ini menerapkan multiple destinasi untuk mayoritas rute penerbangan. Dengan cara ini, Edward menjelaskan, penundaan satu destinasi akan berpengaruh pada tujuan berikutnya. “Rute penerbangan kami mayoritas masih multiple destinasi. Hal ini karena cost kami untuk single destinasi masih belum kuat,” ujar Edward.
Sebanyak 30 persen dari jumah pengguna Lion Air adalah tipe penumpang yang pergi tanpa bujet. Jadi kemampuan penumpang untuk menjangkau harga tiket di atas harga rata-rata rendah.
Edward mengatakan, sampai tahun 2025, maskapainya akan mendatangkan 60 pesawat Avions de Transport Regional (ATR) buatan Prancis dan 200 tipe Airbus 230.
GALVAN YUDISTIRA
Berita terkait
Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan
2 hari lalu
Pnumpang maskapai penerbangan ini merasa diperlakukan sebagai penumpang kelas ekonomi meski sudah bayar kelas bisnis.
Baca SelengkapnyaTraveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan
7 hari lalu
Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.
Baca SelengkapnyaTony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia
8 hari lalu
Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.
Baca SelengkapnyaAlasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih
12 hari lalu
Awalnya, pesawat tidak dicat, hanya menampilkan bodi aluminium yang dipoles. Namun, tren berubah sejak 1970-an.
Baca SelengkapnyaMaskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran
13 hari lalu
Usai dugaan serangan Israel ke Iran, sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute.
Baca SelengkapnyaAlasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan
13 hari lalu
Selama ini perbedatan tentang merebahkan kursi pesawat memang sedikit meresahkan. Maskapai penerbangan mulai mengganti kursi yang lebih ringan
Baca SelengkapnyaMaskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya
16 hari lalu
Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik
Baca SelengkapnyaSetelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah
19 hari lalu
Penerbangan Australia, Qantas Airways, menyusul Lufthansa, menangguhkan penerbangan hingga mengalihkan rute akibat ancaman balasan Iran ke Israel.
Baca SelengkapnyaAturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan
24 hari lalu
Bandara Dublin menerapkan aturan keamanan baru di sisi airside
Baca SelengkapnyaAmankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?
25 hari lalu
Beberapa maskapai penerbangan bahkan menawarkan pengalaman khusus untuk perjalanan gerhana matahari total.
Baca Selengkapnya