Kehadiran Erick Thohir sebagai pemilik klub Inter Milan diragukan oleh media Italia. Namun Erick tak gerah terhadap kritik yang menerpanya. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Surabaya - Pengusaha media dan restoran, Erick Thohir, berbagi kiat dan strategi dalam menyelami belantara bisnis dan investasi. Menurut Erick, untuk memulai berbisnis minimal dibutuhkan empat fondasi sebelum melangkah. Pertama, passion. Bisnis yang dipilih, kata Erick, harus mencerminkan jiwa dan kesukaan pribadi agar maksimal menghasilkan revenue.
Terakhir dia investasi besar-besaran dengan membeli klub sepak bola Inter Milan. Erick yang terlanjur cinta pada bisnisnya mengaku terpaksa menjual berbagai asetnya untuk menopang kelangsungan usaha kala diterpa krisis keuangan. "Saya suka bisnis di bidang entertain, media dan sport. Pada 2006 saya sempat kolaps. Semua barang berharga saya jual, seperti mobil kuno dan lukisan," kata Erick saat berbicara di forum seminar Investor Summit di Surabaya, Kamis, 31 Oktober 2013.
Kedua, kata Erick, pengusaha harus fokus menjalankan pilihan bisnisnya, harus cepat menyesuaikan strategi bisnis dengan era digitalisasi dan Internet. Ketiga, pengusaha wajib memperbaiki kemampuan pribadi alias tak cepat puas. "Kalau cepat puas, saya berada di titik kejatuhan. Meski sudah kaya, saya tetap upgrade kemampuan," ujarnya.
Hal terakhir dan tak bisa dipisahkan dalam roda bisnis, Erick membagi pengalaman, pengusaha butuh networking untuk mengembangkan jaringan bisnis. Kontestasi bisnis dunia begitu cepat berubah menyesuaikan keinginan pasar. Tanpa jaringan yang kuat, Erick pesimistis seorang pengusaha mampu menaklukkan rimba bisnis di tingkat internasional. "Dari empat inilah, bagaimana saya terus bersaing. Saya suka challenge. Ada pepatah "is one to do something imposible". Industri terus berputar karena kesenangan masyarakat berubah cepat menyesuaikan pertumbuhan GDP," ujarnya.