TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memastikan pasokan alumina untuk pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) aluminium milik PT Indonesia Asahan Inalum tersedia setelah kontrak dengan Nippon Asahan Aluminium berakhir. Namun, pasokan alumina domestik tersebut baru bisa direalisasikan dua tahun lagi.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dede I. Suhendra mengatakan, ada tiga perusahaan yang sudah menyatakan komitmennya untuk membangun smelter alumina dan memasok ke Inalum. "Ada tiga perusahaan yang siap memasok alumina untuk dijadikan aluminium, yakni PT Antam di Mempawah Kalimantan Barat, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, dan PT Bukit Merah Indah," kata Dede saat ditemui di Kementerian Energi, Rabu, 30 Oktober 2013.
Dede mengatakan, tiap perusahaan tersebut akan memasok alumina ke smelter aluminium Inalum sebanyak 300 ribu ton per tahun. "Inalum ini kan kapasitas produksinya sebesar 250 ribu ton, untuk menghasilkan aluminium ingot sebanyak itu, dibutuhkan sekitar 1 juta ton bahan baku alumina," ujarnya.
Selama ini pasokan bahan baku alumina untuk smelter Inalum berasal dari Australia. Namun setelah kontrak berakhir pada 31 Oktober 2013 besok, kontrak pasokan alumina dari Australia rencananya tetap akan dilanjutkan. "Impor alumina dari Australia masih akan terus dilanjutkan sampai pasokan domestik ini siap," ujarnya.
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
2 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.