Seorang petugas mengisi bahan bakar gas ke Bus Transjakarta, di Stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) Rawamangun, Jakarta Timur, (30/10). ANTARA/Wahyu Putro A
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Susilo Siswoutomo mengatakan, pelaksanaan konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas terkendala penyediaan konverter. Penyediaan alat konversi tersebut terkendala masalah distributor yang tidak terfokus di satu lembaga. “Distribusinya ada yang bersama-sama Kementerian Energi dan Kementerian Perindustrian," kata dia saat ditemui di Kompleks Kementerian Energi, Selasa, 8 Oktober 2013.
Kendati demikian, saat ini Kementerian Energi tetap berfokus untuk pengadaan alat konversi untuk kendaraan bermotor. Pelaksanaan program konversi gas tersebut akan dilakukan bertahap dengan melibatkan swasta. Sebab, pasokan gas untuk konversi telah tersedia.
Sekadar diketahui, Kementerian Energi berencana membagikan 4.000 unit konverter untuk kendaraan umum, taksi, dan kendaraan dinas tahun ini. Alat tersebut didistribusikan di tiga wilayah yakni Jabodetabek sebanyak 2.000 unit, Palembang (1.000), dan Surabaya (1.000). Kementerian Perindustrian juga menargetkan membagi 3.000 unit konverter untuk kendaraan umum sebelum akhir tahun.
Tahun depan, Kementerian Energi mengalokasikan anggaran Rp 2,1 triliun untuk program konversi BBG. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek BBG di sejumlah kota, di antaranya 8 SPBG di Jabodetabek dan jaringan pipa sepanjang 165 kilometer. Namun anggaran tersebut masih menunggu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Selain karena anggaran yang telat turun, proyek converter kit batal juga karena keterbatasan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang baru dibangun.