TEMPO.CO, Banyuwangi -- Koordinator Asosiasi Perajin Tempe-Tahu Banyuwangi, Jawa Timur, Muhammad Badri mengatakan bersedia membeli kedelai lokal yang disalurkan Badan Urusan Logistik (Bulog) asalkan mutunya bagus. "Kalau mutunya sama dengan kedelai impor kami siap beli," kata Badri kepada Tempo, Kamis 12 September 2013.
Menurut Badri, selama ini mutu kedelai lokal dibawah kedelai impor. Kadar air yang terlalu banyak menyebabkan kedelai lokal lebih cepat membusuk. Hal ini karena pengeringan kedelai lokal masih tradisional yakni dijemur. "Kedelai masih basah kadang langsung dijual," katanya.
Selain itu, selama ini stok kedelai lokal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perajin tempe dan tahu. Tidak pastinya stok inilah yang membuat perajin bergantung kepada kedelai impor.
Sebelumnya, Kepala Bulog Divisi Regional Banyuwangi, Jawa Timur, Raswan Setiyawan, mengatakan, mulai bulan depan Bulog akan membeli 5 ribu ton kedelai lokal dari petani. Kedelai yang ditampung Bulog ini akan disalurkan ke perajin tempe dan tahu.
Pengadaan kedelai oleh Bulog ini, kata dia, sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomer 25 dan 26 tahun 2013. Dalam Permendag itu pemerintah menetapkan harga beli kedelai dari petani (HBP) sebesar Rp 7 ribu dan harga jual ke pengrajin (HJP) Rp 7.450 per kilogram.
Menurut Raswan, kualitas kedelai dari petani harus mengandung kadar air paling banyak 14 persen. "Supaya kedelai tak cepat busuk," katanya.
Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni
28 hari lalu
Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni
Presiden Joko Widodo alias Jokowi ikut menyalurkan bantuan pangan atau bansos beras di Jambi hari ini. Jokowi mengklaim bantuan ini menjadi salah satu program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi, utamanya inflasi beras.