Ratusan Triliun Utang Swasta Menekan Rupiah
Editor
Akbar Tri Kurniawan
Selasa, 3 September 2013 16:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -- Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Aviliani, mengatakan kebutuhan dolar masih tinggi September ini. Alasannya banyak perusahaan swasta membayar utang yang jatuh tempo. Nilai utang itu mencapai US$ 30 miliar atau Rp 315 triliun.
Kebutuhan dolar dalam jumlah banyak ini akan memperparah tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar. "Suplai dolar terbatas," katanya usai menghadiri Economic Outlook 2014 di Graha Niaga, Jakarta, Selasa, 3 September 2013.
Utang swasta yang besar itu, menurut Aviliani, akan berpengaruh pada tekanan transaksi berjalan. Kondisi ini disebabkan perusahaan swasta lebih memilih utang jangka pendek, dengan tenggat pembayaran delapan bulan. Padahal, swasta bisa memilih membayar utang itu dengan cara mengangsur sampai lima tahun.
Aviliani menilai pemerintah dapat mengantisipasi permintaan dolar yang tinggi dengan mendorong restrukturisasi utang luar negeri swasta. Tujuannya untuk mencegah risiko gagal bayar apabila swasta tidak mampu membayar utang. "Gagal bayar bisa berdampak krisis kepercayaan, itu bahaya," ujarnya.
Rupiah yang masih melemah dikhawatirkan menambah beban pembayaran utang. Kendati cadangan devisa terbatas, Aviliani optimistis rupiah segera menguat.
DIAN KURNIATI
Berita Terpopuler:
Briptu Rani: Keramahan Saya Disalahartikan
Jusuf Kalla: Jokowi Harus Nyapres
Sengman Pernah Hadir ke Wisuda Anak SBY?
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat
Disebut Terkait Impor Sapi, Dipo Alam Berkelit