Harga Minyak Membubung, Ekonomi Dunia Bakal Terpukul

Reporter

Editor

Rabu, 29 September 2004 10:16 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Harga minyak dunia kembali menembus rekor baru, di atas US$ 50 per barel. Jika harga ini terus bertahan hingga tahun depan, ekonomi dunia diperkirakan bakal terpukul hebat.Sejumlah ekonom di Singapura mengatakan, membubungnya harga minyak menimbulkan kekhawatiran baru akan munculnya fenomena perlambatan ekonomi dan meningkatnya inflasi (kenaikan harga barang dan jasa secara umum) di Asia. Besar kecilnya dampak yang ditimbulkan tergantung seberapa lama harga minyak akan bertahan pada level itu.Para ekonom itu menambahkan, dampaknya akan terlihat pada besaran-besaran perekonomian Asia tahun depan. "Fenomena itu sepertinya akan menyeret pertumbuhan ekonomi di banyak negara," kata David Cohen, ekonom lembaga riset Action Economics, seperti dikutip kantor berita AP kemarin.Harga minyak mentah dunia kemarin kembali mencetak rekor baru di bursa komoditas New York Mercantile Exchange. Saat perdagangan dibuka harga minyak mentah langsung naik US$ 38 sen menjadi US$ 50,02 per barel. Bahkan, pada perdagangan di luar jam bursa (overnight), harga minyak mencapai US$ 50,47 per barel. Ini level tertinggi sepanjang sejarah sejak komoditas ini mulai diperdagangkan pada 1983.Lonjakan harga itu disebabkan oleh kekhawatiran para pedagang terhadap suplai minyak dunia. Kekhawatiran dipicu oleh pertikaian di Nigeria, pemasok utama minyak ke pasar Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Faktor pemicu lainnya, yaitu terjadinya badai di Teluk Meksiko, aksi kekerasan di Irak, dan persoalan keuangan yang melilit raksasa energi Rusia Yukos.Menurut kalkulasi Kepala Ekonom Morgan Stanley untuk Asia-Pasifik, Andy Xie, setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel akan menyebabkan terjadinya penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Asia Timur (di luar Jepang) sebesar 0,1 persen.Korea Selatan dan Thailand, kata Andy, merupakan dua negara di kawasan itu yang akan paling merasakan dampak kenaikan harga minyak. Negara-negara penghasil minyak, seperti Indonesia dan Malaysia, menurut Cohen, masih akan menikmati keuntungan dalam jangka pendek.Meski begitu, ekonom dari Universitas Indonesia, M. Chatib Basri, pernah menghitung, setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel akan menghasilkan dampak neto bagi anggaran pemerintah pusat sebesar Rp 0,1-0,15 triliun. Ini berarti, dengan perubahan asumsi harga minyak yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2004 dari US$ 22 per barel menjadi US$ 36 per barel, akan ada kenaikan defisit anggaran Rp 1,4-2,1 triliun.Menteri Keuangan Prancis Dominique Bussereau termasuk yang mengkhawatirkan dampak kenaikan harga minyak. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Prancis akan turun 1 persen jika harga minyak tetap bertahan pada harga US$ 50 per barel. Sebab, harga rata-rata minyak yang telah dipatoknya tahun depan hanya di kisaran US$ 36,5 per barel.Kekhawatiran serupa dilontarkan Menteri Perekonomian Spanyol Pedro Solbes. Ia mengakui, kenaikan harga minyak akan membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Matador itu pun tergerus. metta dharmasaputra

Berita terkait

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

24 November 2020

Daya Beli Masih Lemah, Komisi VII DPR Minta Kaji Penghapusan BBM Premium

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengingatkan agar pemerintah tidak menerapkan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Baca Selengkapnya

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

30 September 2020

Ini Akibatnya Jika Mobil Diisi Bensin dengan RON Rendah

Hal paling sering dijumpai ketika mobil diisi dengan bahan bakar RON rendah (misalnya RON 88), mesin akan knocking atau mengelitik.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

26 Maret 2020

Konsumsi BBM Turun 8 Persen Akibat Work From Home

Pertamina mencatat terjadi penurunan konsumsi BBM terkait kebijakan work from home.

Baca Selengkapnya

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

19 November 2019

Garda Revolusi Iran Bakal Bertindak Jika Demonstrasi Berlanjut

Warga Iran turun ke jalan memprotes kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak hingga 50 persen dan membatasi pembeliannya.

Baca Selengkapnya

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

25 September 2019

Bos Baru Shell Siapkan Strategi Pengembangan Bisnis SPBU

Shell, perusahaan energi Internasional resmi menunjuk Waqar Siddiqui sebagai Direktur Retail Shell Indonesia yang baru

Baca Selengkapnya

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

20 Agustus 2019

Bakamla RI Tangkap Empat Kapal Pengangkut BBM Ilegal

Dari pemeriksaan diketahui nakhoda bahwa kapal mendapatkan BBM sebanyak 300 ton dari kapal tanker di Palembang tanpa dokumen yang sah.

Baca Selengkapnya

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

27 Juni 2019

Subsidi BBM Solar Tahun Ini Diprediksi Membengkak

Realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35 persen pagu.

Baca Selengkapnya

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

5 Juli 2018

Harga Pertamax Naik, ESDM Yakin Konsumen Tak Beralih ke Premium

Konsumen Pertamax diyakini tak akan balik lagi mengkonsumsi premium.

Baca Selengkapnya

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

2 Juli 2018

Posko ESDM: Konsumsi BBM Bensin Naik 12 Persen saat Ramadan 2018

Sementara itu, BBM jenis gasoil (solar) terjadi penurunan pendistribusian.

Baca Selengkapnya

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

10 November 2017

2018, AKR Bakal Bangun 7 Pompa Bensin di Wilayah 3T

Demi mendukung program BBM satu harga, AKR akan membangun 7 SPBKB di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca Selengkapnya