TEMPO.CO, Bojonegoro-Petani tembakau di Kabupaten Bojonegoro resah lantaran hujan lebat kerap turun pada pekan ini. Padahal, mereka sudah mulai menaman dan membuat bibit. “Jelas petani resah,” kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Bojonegoro, Kholid, kepada Tempo, Senin 27 Mei 2013. Curah hujan tinggi membuat tanaman rusak dan mati.
Biasanya, kata Kholid, memasuki bulan Mei ini, petani tembakau serempat tanam tembakau. Mulai dari pembibitan dan kemudian pemindahan di areal persawahan. Padahal, masa pembibitan, dianggap rawan, karena tanaman tembakau umur belasan hari, berpotensi rusak dan mati jika terendam hujan. Jenis tembakau yang ditanam di Bojonegoro ada dua. Yaitu tembakau Virginia dan tembakau Jawa.
Dalam tiga pekan terakhir ini, hujan turun deras. Paling tidak, memasuki pekan ke tiga bulan Mei ini, hujan turun hampir tiga hari sekali. Bahkan, empat hari lalu, hujan berturut-turut turun merata di Bojonegoro, termasuk di sentra tanaman tembakau. Seperti di Kecamatan Sugihwaras, Sukosewu, Kepohbaru, Kedungadem, Baureno, Kanor dan Sumberejo.
Kholid mengatakan bulan Mei ini biasanya petani sudah bekerja di kebun. Terutama, menyemaikan bibit tembakau, yang perlu perawatan khusus agar tanaman tidak mati. Artinya, jika curah hujan tinggi, maka, lokasi sawah, harus tinggi. Terutama, di pematang sawah, agar tanaman tembakau tidak terendam. “Ancamannya bibit mati jika terendam,” kata Kholid.
Data di Dinas Perkebunan dan Perhutanan Pemerintah Bojonegoro, jumlah tanaman tembakau tahun 2013 ini hanya 8479 hektare. Sedangkan tahun 2012 sebanyakl 12373 hektare atau turun sekitar 30 persennya. Turunnya, target penanaman tembakau disebabkan pesanan perusahaan rokok juga berkurang. Tahun 2013 ini, jumlah pemesan tembakau, berasal dari delapan perusahaan. Sedangkan tahun 2012 silam, sekitar 12 perusahaan rokok.
Kepala Dinas Perkebunan dan Perhutanan Bojonegoro Ahmad Jupari, mengatakan, pada musim tanam awal, yaitu bulan Mei dan Juni, sedang terjadi fenomena yang disebut kemarau basah. Karena, sesuai kalender, bulan Mei-Juni hingga Juli ini, sudah memasuki musim kemarau. Tetapi intensitas hujannya tinggi.
Ahmad meminta petani tidak resah. Agar tembakau tak mati terendam air ia menyarankan dibuat selokan lebih dalam di sekitar tanaman tembakau. Justru, jika musim tanam awal terjadi hujan, tanaman tembakau akan subur. “Tapi, butuh perawatan yang teliti,” ujarnya. Musim tanam serentak di bulan Mei-awal Juni, maka akan terjadi panen raya tembakau, bulan September.
SUJATMIKO