PT Boma Bisma Indra Butuh Suntikan Modal

Reporter

Minggu, 5 Mei 2013 12:49 WIB

Pekerja membawa gula kristal siap distribusi di Pabrik Gula Toelangan, Desa Tulangan, Sidoarjo (20/8). Pabrik gula yang berdiri sejak tahun 1850 ini mampu menggiling hingga 1400 ton/hari dengan jumlah produksi 1100 kuintal gula setiap harinya. TEMPO/Fully Syafi



TEMPO.CO, Jakarta -
Surabaya- Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pembuatan komponen industri, PT Boma Bisma Indra (Persero), membutuhkan pendanaan untuk meningkatkan kemampuan produksinya. Kepala Biro Humas PT Boma Bisma (BBI) Indra, Budi Anta mengatakan minimnya pendanaan, berdampak pada kinerja perseroan.

Tahun 2012, kata ia, perseroan baru saja lepas dari jerat hutang sebesar Rp 29 miliar. Ia mengakui, perseroan terkendala akses kredit perbankan. Padahal, perseroan mendapat pesanan cukup banyak, tapi terkendala keterbatasan modal

"PT BBI ini masuk black list lembaga keuangan. Jadi belum bisa meminjam permodalan sendiri," katanya di temui saat pameran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) di Gramedia Expo Surabaya, Sabtu 4 Mei 2013.

Selain kesulitan modal, menyandang status black list juga menyulitkan perseroan untuk mengikuti tender-tender terbuka. Praktis, perseroan hanya mengandalkan pesanan dari pelanggan industri dengan menyesuaikan kemampuan kas internal.

Budi mengaku, PT BBI mengandalkan kucuran modal dari Perusahaan Pengelola Aset yang turut menyokong kebutuhan modal perseroan. Tahun 2012, target penjualan senilai Rp 200 miliar, namun realisasinya hanya Rp 169 miliar. Dari nilai itu, laba operasional sebesar Rp 23 miliar. "Seiring membaikan keuangan perusahaan, tahun ini ditargetkan penjualan mencapai Rp 270 miliar," katanya.

Secara kualitas, ia menegaskan, hasil produksi PT BBI tidak kalah dengan produk luar negeri dan sangat kompetitif. Tahun ini, 15 perusahaan domestik dan internasional, mengajukan pesanan pembuatan komponen inti guna mendukung kinerja industrinya.

Budi mencontohkan, PT PLN, PTPN X dan XI, Philips, Hitachi, PT Pertamina, Semen Indonesia, Semen Tonasa dan Semen Bosowa, telah menunjuk PT Boma Bisma Indra mengerjakan proyek engineering, procurement, construction dan industrial setiap segmen pelanggan.

Ia berharap, kinerja perseroan semakin membaik dengan banyaknya pesanan dari pelaku industri dan menandakan bahwa kualitas produk perseroan masih diperhitungkan. "Tahun 2013 ini, kita fokus pengerjaan pada industri CPO, pabrik gula, semen, power plan, dan migas," Budi menjelaskan.

Selain terkendala pendanaan, Budi mengaku sebagian bahan baku tidak bisa didapatkan dari dalam negeri. Pihaknya terpaksa harus impor untuk proses produksi. Sekitar 60 persen komponen masih impor. Bahkan, untuk peralatan industri migas bisa sampai 70 persen kandungan impornya. Untuk konten lokal hanya kisaran 30 persen. Sebab, perusahaan Indonesia belum mampu memproduksi beberapa komponen plat berbahan titanium.

DIANANTA P. SUMEDI

Berita terkait

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

5 hari lalu

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.

Baca Selengkapnya

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

31 Januari 2024

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

Serikat Pekerja Indofarma curhat kalau pensiunan mereka belum dibayar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

13 Juni 2022

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

Komisaris BUMN harus bertanggung jawab penuh apabila BUMN merugi

Baca Selengkapnya

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

6 Oktober 2021

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

Tanri Abeng, menyoroti berbagai klausul dalam UU BUMN yang harus kembali dikaji. Salah satunya soal kerugian BUMN dianggap sebagai kerugian negara.

Baca Selengkapnya

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

3 Agustus 2021

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

PT Pertamina (Persero) masuk kategori 500 perusahaan terbesar dunia versi Fortune.

Baca Selengkapnya

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

9 April 2021

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.

Baca Selengkapnya

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

28 Januari 2021

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim membeberkan kondisi perusahaannya di tengah pandemi berhasil mengubah rugi menjadi untung pada tahun 2020.

Baca Selengkapnya

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

29 Agustus 2020

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerugian yang dialami perseroan lebih kecil dibanding perusahaan migas lain yang memiliki aset setara.

Baca Selengkapnya

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

8 Juli 2020

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

PT KAI diperkirakan akan mengalami defisit Rp 3,4 triliun hingga akhir 2020 akibat berkurangnya mobilisasi masyarakat selama pandemi.

Baca Selengkapnya

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

29 Juni 2020

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

Antam mencatat kerugian akibat selisih kurs sepanjang kuartal I 2020.

Baca Selengkapnya