Ombak menghantam bangkai pesawat Lion Air yang jatuh ke laut di ujung landasan Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali, (14/4). ANTARA/Nyoman Budhiana
TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa kecelakaan pesawat Lion Air di Bali diduga karena angin kencang. Ketika hendak mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, pesawat jenis Boeing 737-800 itu malah terempas ke laut.
Mengutip sumber yang dilansir Reuters, saat pesawat hendak mendarat, seolah ada angin yang kuat "menarik" badan pesawat. "Saat itu hujan deras sampai menutupi jarak pandang," ujar si sumber. Seketika pesawat kehilangan kendali dan mendarat di perairan dekat bandara.
Ketika badan pesawat seolah tertarik angin kencang, para penumpang mulai panik. Di ketinggian sekitar 200 kaki itu, terjadi goncangan dan tiba-tiba saja, "braak." Pesawat sudah mengapung di laut.
Menurut Hugh Dibley, mantan Kapten British Airways yang juga ahli dalam masalah hilangnya kontrol pesawat, kadang-kadang angin kencang tidak bisa diprediksi. "Khususnya microburst dan downdraft yang seringkali terjadi di ketinggian tertentu," ujar Dibley.
Dia melanjutkan, melihat peta kondisi cuaca di kawasan Bali, angin bisa datang dari selatan ke tenggara, tetapi terkadang juga mengibas dari timur ke tenggara. Ini yang patut diperhatikan oleh pilot.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebut kondisi korban kecelakaan pesawat capung di Jalan Sunburst, Cilenggang, Tangerang Selatan masih utuh. Kecelakaan terjadi saat hujan deras melanda wilayah ini.