Asosiasi Logistik Pilih Harga Solar Dinaikkan  

Reporter

Kamis, 4 April 2013 10:25 WIB

Petugas mengoperasikan SPBU Keliling saat peluncuran agen BBM di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, (31/5). Peluncuran agen BBM Pertamina tersebut untuk melayani pembelian solar non subsidi bagi kendaraan milik instansi pemerintah, BUMD, BUMN dan kendaraan milik industri pertambangan dan perkebunan. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyatakan tidak keberatan jika pemerintah nantinya menaikkan harga solar yang selama ini masih disubsidi. "Lebih baik dinaikkan harganya daripada pembelian dibatasi," kata anggota Asosiasi Logistik Indonesia Sugi Purnoto dalam diskusi "Seandainya BBM Subsidi Tidak Ada Lagi, Apa yang Terjadi di Logistik?", Rabu, 3 April 2013.

Sugi yang juga Deputi Direktur PT K Line Mobaru Diamond Indonesia itu menjelaskan, jika pemerintah menaikkan harga solar, pengusaha jasa transportasi pun bisa menaikkan tarif dengan didasari ketentuan hukum. Sugi menyarankan pemerintah menaikkan harga solar secara bertahap. Mulai dari Rp 1.500 sampai Rp 2.000 sehingga harga solar mencapai Rp 6.500 per liter.

Ia menyatakan beberapa alasan memilih kenaikan harga daripada pembatasan pembelian solar. Pertama, dengan kenaikan harga solar, pengusaha dapat menaikkan tarif. Dalam beberapa tahun terakhir, pengusaha belum bisa menaikkan tarif. Kedua, pembatasan penggunaan solar bersubsidi telah memperlambat waktu distribusi barang.

"Dengan jarak tempuh yang lebih lama, biaya operasional juga meningkat," ucapnya. Sugi memberi ilustrasi. Satu truk memiliki kapasitas 50 liter solar untuk perjalanan sejauh 100 kilometer. Jika truk tersebut akan menempuh perjalanan dari Jakarta ke Surabaya sejauh 800 kilometer, maka truk itu harus delapan kali berhenti untuk mengisi bahan bakar.

Bila pembatasan penggunaan solar diterapkan, truk harus mengantre lebih lama dalam setiap pemberhentian untuk mengisi bahan bakar. “Hal ini akan meningkatkan biaya operasional dan memperpanjang waktu pengiriman barang,” ucapnya.

Menurut Sugi, Pertamina tidak akan merugi jika harga solar dinaikkan. Ia menuturkan, Pertamina menjual solar kepada pemerintah dengan harga yang berlaku untuk industri, yaitu Rp 9.000 per liter. Sedangkan selama ini harga jual solar untuk masyarakat Rp 4.500. "Jika naik menjadi Rp 6.500, Pertamina masih mendapat Rp 2.500."

MARIA YUNIAR

Berita terkait

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

4 September 2022

Pertamina: Kenaikan Harga BBM Jangan Dikaitkan dengan Aplikasi MyPertamina

Kenaikan harga BBM tak menyurutkan rencana perseroan membatasi penyaluran Pertalite dan Solar agar tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

11 Mei 2017

Puasa, Pertamina Tambah Stok BBM di Kalimantan

Pertamina Balikpapan akan menambah kuota BBM selama puasa sebesar 7 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

5 Januari 2017

Jokowi Minta Impor BBM Ditekan

Presiden Joko Widodo mengingatkan separuh dari kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor.

Baca Selengkapnya

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

25 November 2016

Pertamina dan AKR Jadi Penyalur BBM Tertentu 2017

Pemerintah menunjuk badan usaha penyalur bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan penugasan 2017.

Baca Selengkapnya

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

30 September 2016

Premium Belum Jadi Dihapus, Ini Sebabnya  

Pemerintah belum bisa mewujudkan rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium kendati masyarakat mulai beralih dari Premium.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

6 Mei 2016

Libur Panjang, Konsumsi BBM Pertamina Naik 10 Persen

Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi mengalami kenaikan sekitar 10 persen saat libur panjang.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

3 Februari 2016

Kementerian ESDM: Premium di Jakarta Bisa Dihapus  

Pemerintah akan melihat aspek untung-rugi menghapus Premium.

Baca Selengkapnya

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

25 Juni 2015

Ini Beda Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Plus

Pertalite sudah disetujui DPR untuk dipasarkan.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

16 Juni 2015

Antisipasi Lebaran, Pertamina Tambah Impor Premium  

Dalam kondisi normal, konsumsi Premium rata-rata 76.258 kiloliter per hari.

Baca Selengkapnya

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

22 April 2015

Pertamina Klaim Pertalite Lebih Ramah Lingkungan  

Emisi karbon Pertalite di bawah Premium.

Baca Selengkapnya