Inflasi Surakarta Lampaui Angka Nasional  

Selasa, 2 April 2013 12:52 WIB

Pedagang bawang merah. AP/Tatan Syuflana

TEMPO.CO, Surakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Surakarta Toto Desanto mengatakan, inflasi Surakarta pada Maret 2013 mencapai 1,43 persen. Angka ini melebihi angka inflasi nasional, bahkan mencapai dua kali lipat lebih dari inflasi nasional yang sebesar 0, 63 persen.

"Inflasi Surakarta luar biasa untuk Maret. Jauh di atas Jawa Tengah dan nasional," ujar Toto kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa, 2 April 2013. Inflasi Jawa Tengah untuk Maret tercatat 0,92 persen

Secara total, inflasi Surakarta selama tiga bulan pertama 2013 juga tergolong tinggi, yaitu 3,84 persen. "Tahun lalu, tiga bulan pertama hanya sekitar 2 persen," katanya.

Dari angka inflasi di Surakarta yang sebesar 1,43 persen tersebut, 90 persennya disumbang oleh kenaikan harga bawang merah. Setelah bawang merah, penyumbang inflasi berikutnya adalah bawang putih, cabai rawit, nangka muda, dan cabai merah. "Semuanya kelompok bahan makanan," kata Toto.

Meski inflasi tinggi, menurut Toto, hal ini tidak banyak berdampak kepada masyarakat. Sebab, jika penyumbang inflasi adalah bahan makanan, masyarakat akan menyiasati dengan sendirinya. "Mungkin mengurangi pembelian atau mengurangi konsumsi, sehingga tidak menyebabkan efek berantai," katanya. Lain halnya jika inflasi terjadi pada transportasi atau energi yang pasti punya efek lanjutan.

Kepala Seksi Distribusi Badan Pusat Statistik Surakarta, Herminawati, mengatakan, kenaikan harga bawang merah tidak hanya disebabkan masalah produksi. Dari hasil pantauan di lapangan, menurut dia, ada faktor permainan harga sehingga harga terus merangkak naik sepanjang Maret. Saat ini harga bawang merah terpantau Rp 45-50 ribu per kilogram, sementara bawang putih Rp 40 ribu per kilogram. "Kami melakukan survei ke 30 responden terkait kenaikan harga bawang merah. Survei secara acak kepada rumah tangga kelas atas, menengah, dan bawah," ujar Herminawati.

Dari hasil survei, diketahui rumah tangga kelas atas tidak terpengaruh kenaikan harga. "Kalau kelas menengah dan bawah cenderung mengurangi konsumsi. Biasanya memakai banyak bawang untuk masakan, dikurangi jadi separuhnya," katanya. Toto mengatakan, konsumsi bawang di Surakarta tetap terhitung tinggi, meski sebagian masyarakat mengurangi pembelian. Dengan demikian, tidak heran bawang menjadi penyebab utama inflasi.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

17 menit lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

10 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

10 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

10 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

28 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya