Industri Tekstil Dinilai Tak Ramah Lingkungan  

Selasa, 26 Februari 2013 18:11 WIB

Sejumlah aktivis lingkungan hidup Greenpeace menggunakan perahu karet menyusuri saluran air limbah beracun pabrik tekstil di pinggir Sungai Citarum, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/12). TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Surakarta - Sejak tahun 2000, Kementerian Lingkungan Hidup sudah menggulirkan sertifikasi ramah lingkungan untuk berbagai industri, termasuk tekstil. Namun, faktanya hingga kini belum ada satu pun industri tekstil yang mendapat predikat ramah lingkungan.

"Kami sudah gulirkan sejak lama, tapi hingga kini belum ada implementasinya," kata Kepala Bidang Teknologi Ramah Lingkungan Asisten Deputi Standardisasi dan Teknologi Kementerian Lingkungan Hidup, Arif Wibowo, di sela workshop industri tekstil dan eco labeling di Surakarta, Selasa, 26 Februari 2013.

Menurut Arif, yang menjadi kendala utama dalam hal ini adalah belum adanya komitmen dari pimpinan tertinggi di perusahaan. Jika sudah ada komitmen, maka perusahaan akan bergerak ke industri ramah lingkungan. "Kuncinya di top management," katanya.

Untuk industri tekstil yang membutuhkan sumber daya air dan energi luar biasa, ramah lingkungan bisa diartikan penghematan air dan energi. Kemudian melakukan daur ulang limbah yang dihasilkan dan mengurangi efek rumah kaca.

Humas Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Liliek Setiawan, mengatakan butuh investasi besar agar industri tekstil menjadi ramah lingkungan. "Tanpa subsidi, cukup berat bagi kami,' ujarnya. Apalagi industri selalu terkena dampak kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak.

Liliek mengatakan, subsidi yang dimaksud seperti bantuan revitalisasi mesin-mesin tekstil terbaru yang lebih hemat energi dan hemat air. Kemudian, ada insentif pajak bagi industri yang memakai energi ramah lingkungan seperti yang diterapkan di Cina. "Kenyataannya, bantuan revitalisasi justru berkurang. Kalau tahun lalu tiap perusahaan bisa dapat Rp 5 miliar, tahun ini turun menjadi Rp 3 miliar," ucapnya.

Selain itu pengusaha tekstil meminta pemerintah serius membenahi infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan. Sebab, buruknya infrastruktur di Indonesia membuat ongkos produksi naik dan kesulitan bersaing di pasar internasional. Bahkan, dia bisa menerima jika pemerintah tidak memberi bantuan revitalisasi atau insentif pajak, asalkan infrastruktur diperbaiki. "Infrastruktur yang memadai akan sangat membantu pengusaha," ujar Liliek.

Liliek mengatakan industri tekstil Indonesia sebenarnya punya potensi berkembang pesat. Sebab, saat ini industri tekstil Indonesia baru menyuplai 8 persen dari total kebutuhan tekstil dunia. "Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia kedua di bawah Cina. Namun, Cina sedang melambat karena ada pencemaran luar biasa akibat industri," ujarnya.

Dia berharap industri tekstil di Indonesia dapat terus berkembang, tapi tanpa mencemari lingkungan seperti di Cina. "Kita harus unggul tapi tanpa mencemari lingkungan," katanya.

Arif mengklaim pemerintah sudah membantu pengusaha agar bisa menjadi ramah lingkungan. Ada insentif finansial dan non finansial. Insentif non finansial misalnya ada pembebasan pajak untuk impor teknologi ramah lingkungan. Sedangkan insentif finansial seperti ada pinjaman lunak bagi perusahaan.

Selain itu pengusaha bisa melakukan swadeklarasi, yaitu mendeklarasikan dirinya sendiri sudah bebas dari zat kimia berbahaya. "Secara teknis lebih mudah. Tentu akan ada verifikasi dengan indikator yang jelas," katanya.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita Bisnis Terpopuler:

Daftar Kenekatan Agus Martowardojo

4 Alasan SBY Pilih Agus Marto Jadi Gubernur BI

Dahlan Ancam Pecat Dirut yang Minta Modal Negara

Cita-cita Menteri Agus Jika Menjadi Gubernur BI

DPR Nilai Dua Wakil Menkeu Bisa Gantikan Agus

Berita terkait

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

6 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Skema Bank Sampah untuk Pembersihan Limbah Alat Peraga Kampanye Pemilu 2024

14 Februari 2024

Skema Bank Sampah untuk Pembersihan Limbah Alat Peraga Kampanye Pemilu 2024

Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat mengoptimalkan bank sampah untuk pembersihan alat kampanye Pemilu 2024. Berfokus ke pemlilahan sampah.

Baca Selengkapnya

Kementerian Lingkungan Hidup Kampanyekan Perangi Sampah Plastik dengan Cara Produktif

7 Februari 2024

Kementerian Lingkungan Hidup Kampanyekan Perangi Sampah Plastik dengan Cara Produktif

Pada Hari Peduli Sampah Nasional 2024 ini, Kementerian Lingkungan Hidup mengusung tema "Atasi Sampah Plastik dengan Produktif."

Baca Selengkapnya

Tanpa Lawan, PM Bangladesh Sheikh Hasina Dilantik Empat Kalinya Berturut-turut

8 Januari 2024

Tanpa Lawan, PM Bangladesh Sheikh Hasina Dilantik Empat Kalinya Berturut-turut

Seperti sudah diperkirakan, PM Bangladesh Sheikh Hasina meraih masa jabatan keempat berturut-turut, dan partainya menang mayoritas dalam pemilu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Bangladesh Diboikot Oposisi, PM Sheikh Hasina Perpanjang Masa Jabatan

7 Januari 2024

Pemilu Bangladesh Diboikot Oposisi, PM Sheikh Hasina Perpanjang Masa Jabatan

PM Sheikh Hasina bersiap memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut dalam pemilihan umum penuh kekerasan dan diboikot oposisi utama.

Baca Selengkapnya

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.

Baca Selengkapnya

Formasi CPNS dan PPPK 2023 untuk Lulusan SMK Sederajat, dari BIN hingga Kejaksaan

27 September 2023

Formasi CPNS dan PPPK 2023 untuk Lulusan SMK Sederajat, dari BIN hingga Kejaksaan

Daftar formasi CPNS dan PPPK 2023 untuk lulusan SMK.

Baca Selengkapnya

Momen Presiden Jokowi Diberi Tas Kalung oleh Warga Papua

18 September 2023

Momen Presiden Jokowi Diberi Tas Kalung oleh Warga Papua

Jokowi sempat terdiam untuk menerima kalung itu, sebelum dia memakainya sendiri. Setelah Jokowi memakainya, pengunjung yang hadir sempat sorai.

Baca Selengkapnya

Bentuk Satgas Pengendalian Pencemaran Udara Jabodetabek, KLHK Siapkan Langkah Hukum

17 Agustus 2023

Bentuk Satgas Pengendalian Pencemaran Udara Jabodetabek, KLHK Siapkan Langkah Hukum

KLHK membentuk Satgas Pengendalian dan Supervisi Pencemaran Udara Jabodetabek. Siapkan langlah-langkah hukum.

Baca Selengkapnya

Kementerian Lingkungan Hidup Mulai Rutinkan Uji Emisi Kendaraan Bermotor Tekan Polusi Udara Jakarta

17 Agustus 2023

Kementerian Lingkungan Hidup Mulai Rutinkan Uji Emisi Kendaraan Bermotor Tekan Polusi Udara Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup akan secara rutin menggelar uji emisi kendaraan bermotor untuk menekan polusi udara Jakarta.

Baca Selengkapnya