Pelemahan Rupiah Berlanjut  

Rabu, 16 Januari 2013 17:52 WIB

TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Masih defisitnya neraca perdagangan serta pelaku pasar yang masih gencar memburu dolar menjadi penyebab depresiasi rupiah. Di transaksi pasar uang hari ini, nilai tukar rupiah turun 4 poin (0,04 persen) ke level 9.655 per dolar.

Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan kondisi neraca perdagangan yang masih defisit. "Ini yang menyebabkan rupiah masih sulit untuk menguat walaupun sentimen global cenderung membaik."

Nilai tukar rupiah semakin tidak berharga karena di pasar non-delverable forward (NDF) sempat menyentuh kisaran 9.870 per dolar.

Kondisi defisit neraca perdagangan mendorong penguatan nilai tukar dolar karena tingginya impor membutuhkan likuiditas dolar dalam jumlah besar. "Padahal ketersediaan dolar di pasar domestik terbatas karena investor masih enggan menjual dolar," Rully melanjutkan.

Defisit neraca perdagangan yang terjadi sepanjang tahun lalu menjadikan rupiah mata uang yang memiliki volatilitas paling tinggi di antara mata uang Asia lainnya. Hal ini kemudian membuat Bank Indonesia secara rutin melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah.

Menurut Rully, tekanan terhadap rupiah masih akan berlangsung hingga akhir pekan seiring meningkatnya kebutuhan dolar importir. Selain itu, rupiah juga masih menunggu data-data terkini pemulihan ekonomi, khususnya di Amerika Serikat dan Cina.

Dari regional, hingga 16.30 WIB, dolar Singapura ditransaksikan di 1,2246 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7526 per dolar AS, dan won 1.058,73 per dolar AS. Kemudian yuan 6,2184 per dolar AS, dan ringgit 3,019 per dolar AS.

M. AZHAR | PDAT

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya