BI: Eksportir Harus Simpan Devisa di Dalam Negeri

Rabu, 9 Januari 2013 19:39 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia kini mewajibkan eksportir, termasuk yang tergabung dalam Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memarkir devisa hasil ekspornya di dalam negeri. Sebelumnya, BI masih memberikan kelonggaran bagi mereka yang sudah terikat kesepakatan dengan bank di luar negeri untuk tak ikut aturan.

"Mulai Januari 2013 wajib, tapi untuk yang memiliki kesepakatan dengan trustee di luar negeri, kami masih memberi waktu 6 bulan, mulai Juni 2013," ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Hendi Sulistiowati, Rabu, 9 Januari 2013.

Menurut data BI per 31 Oktober 2012, devisa hasil ekspor yang masuk ke bank devisa dalam negeri baru mencapai 85 persen atau sekitar US$ 107,1 miliar. Sekitar 15 persennya, yakni US$ 22,3 miliar masih terparkir di bank luar negeri. "15 persen masih di sana, itu kebanyakan tambang dan migas, karena masih punya perjanjian untuk menerima di bank luar," ujarnya. Ia mencontohkan eksportir yang tergabung dalam K3S seperti Chevron dan Total.

Hendi menjelaskan, masih ada perdebatan tentang kewajiban eksportir yang tergabung dalam K3S. "Mereka mengatakan tidak harus tunduk, BI mengatakan harus tunduk," katanya. Potensi pendapatan K3S per bulan, kata Hendi, rata-ratanya US$ 300 juta sebulan. "Ini masih terus dibicarakan BI," katanya. Meski begitu, ia menjelaskan, ada juga K3S yang sudah memarkir devisanya di dalam negeri.

Hendi menjelaskan proporsi devisi yang diparkir di luar negeri terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2009 persentasenya masih 24,5 persen, lalu turun menjadi 22,9 persen pada 2010, dan 19,6 persen pada 2011.

Adapun sektor andalan yang menyumbang devisa hasil ekspor (DHE) terbesar yakni batubara US$ 17 miliar, sawit US$ 11,6 miliar, mesin dan mekanik US$ 7,4 miliar, tekstil US$ 7 miliar, dan bahan kimia US$ 6,7 miliar.

Hingga kini, Hendy menjelaskan, ada 34 perusahaan eksportir yang sudah didenda karena belum juga memasukkan devisa hasil ekspornya. "Sebagian sudah bayar (denda) disertai dengan memasukkan DHE-nya," ujar Hendy. BI masih menunggu jatuh tempo pembayaran denda dari beberapa eksportir lainnya.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya