TEMPO.CO, New York - Bursa Wall Street ditutup melemah tipis memperpanjang penurunannya untuk yang ketiga kali karena tidak tercapainya kesepakatan dari pemimpin Eropa bagaimana menghadapi krisis utang yang telah lama berlangsung.
“Eropa hanya terus melempar perahu penyelamat untuk menyelesaikan masalah, apa yang mereka lakukan sebenarnya justru memberi waktu beberapa negara anggotanya untuk meninggalkan Uni Eropa,” kata Nick Raich, direktur penelitian di Key Private Bank di Cleveland.
Dalam perdagangan semalam indeks saham utama Dow Jones ditutup turun 20,55 poin (0,2 persen) ke level 13.558,92. Dimana 18 dari 30 saham komponen Dow Jones melemah. Indeks S&P 500 juga terkoreksi tipis 3,26 poin (0,2 persen) ke 1.456,89. Serta indeks saham teknologi juga susut 19,18 poin (0,6 persen) menjadi 3.160,78.
Melihat 10 saham yang akan melaporkan pendapatannya di kwartal ketiga hasilnya diperkirakan akan beragam. Kabar buruknya adalah pertumbuhannya melambat. Investor memiliki contoh kecil dari keseluruhan pendapatan dari FedEx Corp, General Mills Inc dan Oracle Corp.
Saham Apple Inc turun 1,3 persen setelah melaporkan penjualannya di akhir pekan lalu mencapai lebih dari 5 juta unit iPhone 5, yang berarti dibawah perkiraan analis. Saham jejaring sosial Facebook Inc juga anjlok 9,1 persen menjadi 20,79 setelah Barron memperkirakan sahamnya sekitar US$ 15 per sahamnya. Jatuhnya saham Facebook menyeret saham teknologi membuat indeks Nasdaq mengalami penurunan terbesar sejak 10 September lalu.
Saham global turun setelah Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande dilaporkan gagal menyepakati kerangka waktu dimulainya pengawasan bersama sistem perbankan Eropa .
Harga emas berjangka turun 0,8 persen menjadi US$ 1.764,6 per troy ounce. Turunnya harga emas ini imbas dari terapresiasinya dolar Amerika Serikat terhadap mata uang utama dunia. Karena kekhawatiran pertumbuhan kawasan Eropa setelah indeks kepercayaan bisnis Jerman turun. Harga minyak juga turun 1,9 persen menjadi US$ 91,93 per barela di Komoditas New York semalam.
Pejabat Yunani Senin kemarin membantah laporan yang menyatakan negara tersebut tidak akan dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut sampai mampu menutup defisit anggaran senilai US$ 20 miliar. Kekhawatiran pertumbuhan Yunani telah membabani saham Eropa.
“Krisis Yunani bukan hanya masalah Yunani, melainkan mengenai bank – bank Prancis yang memiliki obligasi di Negeri Para Dewa tersebut serta bank – bank AS yang menjadi penjammin asuransi ,” Raich menuturkan.
MARKETWATCH / VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
4 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
10 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
41 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya