Investasi 2013 Diyakini Capai US$ 30 Miliar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 27 Agustus 2012 14:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah optimistis investasi besar akan masuk ke Indonesia tahun 2013 mendatang. Menurut Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat, nilai investasi di sektor industri tersebut bisa mencapai angka US$ 30 miliar. “Pemerintah optimistis investasi US$ 30 miliar itu bisa masuk tahun depan,” katanya di Kementerian Perindustrian, Senin, 27 Agustus 2012.
Menteri Hidayat menyatakan investasi besar yang akan ditanamkan adalah kerja sama pembangunan dua pabrik pengolahan minyak mentah di Tuban, Jawa Timur, dan Balongan, Jawa Barat. Hidayat mengatakan pembangunan dua refinery itu merupakan kerja sama Pertamina dengan perusahaan minyak Arab Saudi dan Kuwait.
“Untuk di Balongan dengan Kuwait, lalu yang di Tuban dengan Aramco, Saudi Arabia. Tapi sepertinya akan dipindah ke Bontang (Kalimantan Timur) karena tanah dan fasilitas Pertamina ada di sana,” katanya.
Menteri Hidayat menyatakan nilai investasi pembangunan satu pabrik pengolahan minyak mentah itu mencapai US$ 10 miliar. “Jadi dari pembangunan dua refinery itu kita akan menerima investasi senilai US$ 20 miliar,” katanya. Dua pabrik itu mampu memproduksi hingga 600 ribu barel bahan bakar minyak per hari.
Dengan produksi tersebut, Menteri Hidayat menyatakan beroperasinya dua kilang minyak itu akan mampu mengurangi subsidi BBM yang mencapai US$ 14 miliar per tahunnya. “Jadi kalau tahun ini selesai, 2013 investasinya sudah bisa masuk,” katanya. Adapun kebijakan pembangunan itu saat ini, kata Hidayat, tinggal menunggu persetujuan dari Menteri Keuangan.
Selain itu, Menteri Hidayat mengatakan investasi besar yang akan masuk ke Indonesia berasal dari Honam Petrochemical Corporation. Honam akan menanamkan investasi senilai US$ 5 miliar dengan membangun pabrik petrokimia di Indonesia. Menurut Menteri Hidayat, impor petrokimia Indonesia senilai US$ 6 miliar per tahun bisa dikurangi dikurangi dengan pembangunan pabrik tersebut.
“Sudah diperhitungkan, dalam waktu empat sampai lima tahun impor petrokimia kita sudah bisa berkurang,” ujarnya. Adapun untuk insentif, Menteri Hidayat mengatakan sedang membahas pemberian tax holiday selama 10 tahun kepada Honam.
Foxconn Technology asal Taiwan juga disebutnya sudah mulai mempersiapkan pembangunan pabrik di Indonesia. Pabrik senilai US$ 5 miliar itu disebutnya akan siap beroperasi pada pertengahan 2013 mendatang. “Jadi kalau untuk investasi besar, tahun depan saya optimistis bisa tercapai,” ujarnya.
Adapun Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana mengatakan, Indonesia saat ini sudah sangat membutuhkan produk minyak hasil olahan. Karena itu, pembangunan dua refinery itu perlu dilakukan untuk menggenjot industri dalam negeri. “Lihat saja neraca perdagangan kita, minusnya luar biasa.”
Secara keseluruhan, Agus mengatakan total investasi senilai US$ 30 miliar itu bisa direalisasikan dalam jangka waktu dua tahun. “Paling realistis dalam dua tahun investasi itu sudah bisa dirasakan,” katanya. Meskipun begitu, dia mengatakan akan berusaha merealisasikan investasi itu secepat mungkin.
DIMAS SIREGAR