TEMPO.CO, Jakarta -PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) berencana memecah nilai nominal saham atau stock split pada tahun ini. Rencana itu bakal dibahas dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. "Rencananya, RUPS akan dilaksanakan pada Agustus atau September mendatang," jelas Direktur Utama Surya Citra Media, Fofo Sariaatmadja, dalam rilis keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis 19 Juli 2012.
Dia mengatakan stock split akan dilakukan dengan rasio pemecahan unit saham 1 berbanding 5. Artinya, nilai saham pada saat stock split dilaksanakan akan pecah menjadi seperlimanya.
Pada perdagangan hari ini, saham emiten dengan kode efek SCMA itu naik 150 poin atau 1,40 persen ke level Rp 10.850 per saham. Kapitalisasi pasar stasiun televisi SCTV itu mencapai Rp 21,15 triliun. Jika dilihat pergerakan dua minggu terakhir, saham SCTV tengah berada di puncaknya. Bahkan pada perdagangan Rabu 18 Juli lalu, saham perusahaan mencapai Rp 10.700 per saham. Padahal, pada 11 Juli lalu, harga saham SCTV masih di angka Rp 10.000 per saham.
Fofo mengatakan stock split dilakukan agar saham perusahaan dapat dijangkau para investor yang ingin berinvestasi. Dengan itu, hasil kinerja perusahaan dapat dinikmati lebih banyak pemegang saham publik. "Likuiditas perdagangan saham SCTV juga semakin baik," katanya.
Bila dibandingkan dengan perusahaan lain di sektor yang sama, saham SCTV memang dinilai lebih tinggi. Pesaingnya, saham PT Media Nusantara Citra Tbk berada di level Rp 2.325. Sedangkan perusahaan televisi milik keluarga Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk, memiliki nilai saham Rp 720.
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, mengatakan harga saham SCTV memang terlalu mahal. Padahal harga saham penguasa pangsa pasar di Indonesia, PT MNC Tbk, lebih murah dibandingkan saham SCTV. "Hal ini membuat pelaku pasar lebih memilih berinvestasi di saham MNC," katanya.
Dengan penurunan harga saham ini, menurut dia, SCTV bakal bisa lebih bersaing dengan emiten televisi lainnya. Pelaku pasar pun akan menilai kinerja operasional serta keuangan setiap emiten secara imbang. "Tinggal dilihat mana saham yang lebih menjanjikan. Kalau saham MNC kemahalan, pelaku pasar bisa beralih ke saham SCTV," katanya.
Setahun terakhir, terjadi tren kenaikan pada pergerakan saham emiten-emiten media televisi. Pada kuartal satu tahun lalu, saham SCTV berada pada level 3.300-3.450. Namun posisi saat ini mencapai level 10.850. Begitu pula dengan MNC yang sahamnya naik dari level 970-990 di Maret 2011 menjadi ke level 2.325 pada perdagangan hari ini.
Meski seperti itu, ujar dia, dalam waktu dekat ini pergerakan saham emiten televisi akan sedikit terkoreksi. "Ini karena posisi saham emiten televisi sudah berada di area jenuh," katanya.
Untuk pergerakan saham SCTV hingga stock split, menurut dia, tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Meski tidak ada ketentuannya, biasanya manajemen memiliki keinginan untuk harga saham dapat stock split di harga saham tertentu. "Biasanya, menjelang stock split, harga saham perusahaan bakal naik. Karena manajemen juga menginginkan stock split di harga tinggi," katanya.
SUTJI DECILYA
Berita Terpopuler:
Sejoli Pegawai Negeri Ketahuan Mesum di Toilet
Setelah 15 Tahun, PT Dirgantara Kini Buka Lowongan
Pengurus Golkar Tak Kompak Soal Pemecatan Kalla
Nissan Juke Indonesia Kena Recall
Akbar: Pemecatan Kalla Bisa Blunder
Angelina Sondakh Menikah di Rutan KPK?
Hati-hati Gunakan Kata ''Butuh'' di Malaysia
Partai Demokrat Dinilai Sumbang Kekalahan Foke
Kubu Hendardji-Riza Bertamu ke Rumah Jokowi