Ekspor Pakaian dan Mebel Terpukul Akibat Krisis Amerika

Reporter

Editor

Senin, 31 Oktober 2011 05:04 WIB

Pekerja mengamplas kotak meja rias di Kedaung, Tangerang, Banten, Selasa (29/9). Pertumbuhan meubel membaik dan memasuki akhir tahun pesanan meningkat 10%, meubel tersebut dijual sekitar Rp. 1 juta hingga Rp. 2 juta. TEMPO/Tri Handiyatno

TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA :-Pengaruh krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa terhadap ekspor barangg dari Yogayakarta sangat terasa di sektor pakaian dan perabot rumah tangga. Sebab, dua sektor perdagangan itulah yang diserap oleh negara-negara di dua benua itu.

"Berbagai produk di dua sektor itu tidak bisa diserap oleh negara-negara yang dilanda krisis ekonomi itu," kata Peneliti Ekonomi Senior Bank Indonesia Yogyakarta, Fadhil Nugroho, Minggu 30 Oktober 2011.

Negara-negara maju yang biasa menerima barang dari Daerah Istimewa Yogyakarta itu menanggung utang yang melebihi kemapuan bayar. Sehingga sejak krisis ekonomi 2008 yang lalu sampai saat ini diperparah dengan krisi ekonomi baru.

Ia menyatakan, sebesar 42 persen hingga 45 persen produk ekspor di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini terserap ke Pasar Amerika. Sedangkan 30 persen hingga 33 persen persen masuk ke pasar Eropa.

Ekspor dari Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini mengandalkan 21 produk . Dari 21 produk tersebut enam di antaranya berkapasitas besar. Dua tahun terakhir, seluruh produk unggulan mengalami kesulitan produksi karena sepinya permintaan (order).

Jenis perabot rumah tangga (permebelan) pada 2010 lalu, penurunan mencapai 50 persen. Bahkan di 2011 ini ditambah 16 persen penurunannya. Penurunan penjualan komoditi ekspor di sektor pabrikan pakaian dan perabot rumah tangga ini jelas mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Ia menambahkan, beberapa produsen juga terancam gulung tikar. Itu juga akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja karyawan.

Bank Indonesia, ia menambahkan, sudah menurunkan rate sebesar 6.5 persen dari angka 6,7 persen. Harapannya, perusahaan tetap bisa memproduksi dan mencari pasar baru karena bunga. Bank juga diharapkan turun."Kondisi ini juga mengakibatkan bertambahnya pengangguran," kata Fadhil.


Pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini tercatat sebanyak 123 ribu orang. Namun secarra umum perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk bagus.

Namun, pertumbuhan ekonomi yang bagus itu, kata dia tidak dinikmati secara merata bagi para penduduk. Pangsa ekonomi sebesar 50 persen didominasi Kota Yogyakarta dan Sleman. Sedangkan tiga kabupaten lain seperti Bantul, Gunungkidul apalagi Kulonprogoro pergerakan ekonominya sangat lemah.

Ditambahkan oleh Pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta, Dewi Setyowati krisis ekonomi global tidak selalu berdampak negatif. Sebab, banyak dana investasi dari luar negeri masuk ke Yogyakarta.

Menurut catatannya, dana pihak ke tiga yang masuk ke Daerah Istimewa Yogyakarta melalui sektor perbankan mencapai Rp27,6 triliun. Rp 17 triliun di antaranya telah dikucurkan ke masyarakat melalui kredit.

"Kami membua video potensi ekonomi di semua sektor untuk menarik para investor," kata dia.


MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

11 Mei 2023

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.

Baca Selengkapnya

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

5 September 2019

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.

Baca Selengkapnya

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

21 Agustus 2019

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

23 Januari 2017

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

30 Januari 2014

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."

Baca Selengkapnya

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

30 Januari 2014

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.

Baca Selengkapnya

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

19 Desember 2013

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.

Baca Selengkapnya

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

19 Desember 2013

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."

Baca Selengkapnya

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

18 Desember 2013

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."

Baca Selengkapnya

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

18 Oktober 2013

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya