TEMPO Interaktif, NEW YORK - Keputusan Standard & Poor's (S&P) memangkas rating utang Amerika Serikat dari AAA ke AA+ pada awal bulan ini berbuntut panjang. Pekan lalu, Departemen Kehakiman negara itu memutuskan akan melakukan penyelidikan pemotongan rating utang karena ada indikasi suap.
Senin malam lalu, komisaris dan pemegang saham S&P mengumumkan pergantian Presiden S&P, yang selama ini dijabat Deven Sharma, 55 tahun. Posisi Sharma akan ditempati oleh Douglas Peterson, 53 tahun, yang saat ini kepala operasi Citibank, unit perbankan Citigroup
Sumber di perusahaan itu, seperti dikutip Guardian, menyebutkan keputusan penggantian Sharma adalah akibat langkah S&P memangkas peringkat utang Amerika. Penurunan peringkat ini telah menimbulkan akibat, seperti gejolak di pasar saham global, meningkatnya biaya pinjaman Amerika Serikat, dan tersulutnya kemarahan Washington.
Menteri Keuangan Amerika, Tim Geithner, menuding S&P tidak paham kondisi dasar anggaran fiskal Amerika. "Dan mereka telah salah membuat kesimpulan," ujarnya.
Penyelidikan yang dilakukan Departemen Kehakiman terkait dengan dugaan kesalahan penilaian rating utang Amerika. Selain itu, penyelidikan dilakukan menyusul pengakuan puluhan sekuritas hipotek di tahun-tahun menjelang krisis keuangan yang menyebut S&P tidak akurat.
Sumber New York Times menyebutkan, Komisi Sekuritas dan Bursa telah menyelidiki kemungkinan kesalahan yang dilakukan S&P. Instansi lain yang juga bakal diselidiki adalah Moody dan Fitch Ratings.
S&P adalah unit dari McGraw-Hill Companies. Adanya tekanan dari pemerintah ini membuat manajemen dan investor mempertimbangkan apakah akan melakukan spin off bisnis atau membuat perubahan strategis lainnya di musim panas nanti.
Harold McGraw III, Presiden Komisaris McGraw-Hill, perusahaan induk S&P, tidak secara tegas menyebut alasan pergantian Sharma. “Perusahaan ingin memberi kesempatan di tempat lain buat Sharma,” ujarnya.
Sharma bergabung dengan S&P pada 2006 dan menjabat presiden pada tahun berikutnya. Sebelum itu, dia menjadi wakil presiden eksekutif, strategi global, di McGraw-Hill selama lima tahun. Menurut McGraw, Sharma akan tetap di perusahaan sampai akhir tahun untuk membantu mengawasi bisnis McGraw-Hill.
"Kami sangat senang menyambut peran penting Douglas presiden Standard & Poor's karena terus membangun perangkat tambahan beberapa tahun terakhir dan mempercepat pertumbuhan global," kata Harold McGraw III kemarin.
GUARDIAN | THE NEW YORK TIMES | ERWINDAR
Berita terkait
Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global
11 Mei 2023
Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.
Baca SelengkapnyaJurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global
5 September 2019
Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.
Baca SelengkapnyaTrump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat
21 Agustus 2019
Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaDonald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?
23 Januari 2017
Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.
Baca SelengkapnyaStimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat
30 Januari 2014
"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."
Baca SelengkapnyaThe Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar
30 Januari 2014
Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.
Baca SelengkapnyaFed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau
19 Desember 2013
Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.
Baca SelengkapnyaHatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah
19 Desember 2013
"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."
Baca SelengkapnyaJelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo
18 Desember 2013
"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."
Baca SelengkapnyaShutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang
18 Oktober 2013
Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya