Venezuela Berencana Pindahkan Cadangan Dana dan Emasnya  

Reporter

Editor

Kamis, 18 Agustus 2011 13:03 WIB

Emas batangan. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO Interaktif, Caracas - Pemerintah Venezuela berencana menarik miliaran dolar dana cadangannya ke Rusia, Cina, dan Brasil. Venezuela juga berencana menarik ratusan ton cadangan emasnya yang tersebar di Eropa.

Menurut dokumen yang direview Wall Street Journal, negara penghasil telenovela di Amerika Selatan itu berencana mentransfer US$ 6,3 miliar cadangan dana yang sebagian besar disimpan di bank, seperti Bank for International Settlements di Basel, Swiss, dan Barclays Bank di London untuk dipindah ke bank di Rusia, Cina, dan Brasil.

Cadangan emas sebanyak 211 ton senilai US$ 11 miliar akan dimasukkan kembali ke Bank Sentral Venezuela, di mana pemerintah masih menyimpan 154 ton emas. Namun, pejabat Venezuela tak ada yang mau berkomentar soal ini. Baik Kementerian Keuangan dan bank sentral tidak punya komentar resmi.

Akhir-akhir ini, para pejabat senior telah mengkritik ketergantungan Venezuela pada dolar. Sabtu lalu, Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro mengatakan,sistem keuangan dunia yang menggunakan dolar telah menarik negara tersebut ke dalam krisis ketidakpastian. “Kami berencana untuk membangun sistem moneter internasional yang baru, terutama di Amerika Selatan untuk melindungi diri dari situasi ini," katanya.

Bank of England baru-baru ini menerima permintaan dari pemerintah Venezuela untuk mentransfer 99 ton emas ke bank Venezuela. Namun, seorang juru bicara dari Bank of England menolak berkomentar. Juru bicara Bank for International Settlements juga enggan berkomentar.

Salah satu dokumen yang bocor itu disusun oleh Menteri Keuangan dan Perencanaan Jorge Giordani dan presiden bank sentral Nelson Merentes. Dokumen bertanggal 8 Agustus itu meminta persetujuan Chavez untuk memindahkan cadangan kas dan emas maksimum dua bulan mendatang.

Dokumen lain yang disusun oleh Menteri Luar Negeri Nicolas Maduro meminta persetujuan Chavez yang meminta Giordani dan Merentes untuk mempersiapkan sebuah rencana untuk menjaga cadangan devisa Venezuela karena krisis utang US dan dampaknya terhadap dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Dokumen itu mengatakan telah menyalakan semua sinyal alarm, “Apakah nyaman untuk mempertahankan cadangan kami dalam mata uang itu (USD)”.

Analis Jose Guerra menilai tindakan ini sangat berisiko karena memindahkan dana dari negeri yang aman ke negeri yang tak aman. Menurut mantan pejabat di bank sentral Venezuela ini, alasan yang masuk akal adalah Venezuela takut dipaksa membayar miliaran dolar karena telah mendepak perusahaan asing keluar dari negara penghasil minyak itu.

Venezuela kini sedang menghadapi tagihan yang cukup besar dari lembaga arbitrasi atas aduan perusahaan perusahaan yang sudah dinasionalisasi. Menurut Tamara Herrera, Kepala Ekonom Sintesis Financiera, sebuah perusahaan konsultan ekonomi yang berbasis di Caracas, jumlah tagihannya antara US$10 miliar hingga US$ 40 miliar. Kebanyakan perusahaan yang menggugat adalah perusahaan minyak.

Tokoh oposisi Julio Montoya mengatakan juga menerima bocor salinan proposal itu. "Kami tidak tahu apakah Chavez telah menandatangani itu," kata Montoya. Montoya mengatakan proposal tersebut menimbulkan pertanyaan Venezuela sedang ditekan untuk mentransfer cadangan karena hubungan politik dengan Cina dan Rusia, juga dengan Brasil.

Chavez memang beralih ke Cina untuk pembiayaan bantuan perumahan dan mesin. Cina telah menjadi kreditur terbesar bagi Venezuela dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Venezuela menerima kredit US $20 miliar dari China Development Bank dan dibayar dengan minyak.

Sedangkan Rusia telah menjadi pemasok utama senjata ke negara Amerika Selatan. Baru-baru ini, Venezuela mengumumkan finalisasi perjanjian kredit tambahan US$ 4 miliar dengan Rusia dan Cina. Sebagian dari dana Rusia dialokasikan untuk militer Venezuela. Para pejabat Venezuela juga mengatakan bahwa mereka baru saja mencapai kesepakatan dengan Brasil untuk pengucuran kredit senilai US$ 4 miliar.

WALLSTREETJPURNAL | NUR ROCHMI

Berita terkait

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

14 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

16 jam lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

1 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

2 hari lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

2 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

3 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

3 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

3 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

3 hari lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya