TEMPO Interaktif, Washington - Mendung dipastikan masih akan memayungi Amerika Serikat. Krisis utang kian membelit negara adidaya ini. Setelah Standard & Poor menurunkan peringkat utang, kini pemerintah federal diperkirakan bakal kembali terlibat perdebatan dengan parlemen.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berencana, merekomendasikan cara-cara tambahan untuk mengurangi defisit anggaran menyusul penurunan peringkat utang oleh Standard & Poor. Belum jelas apa saja langkah yang akan diusulkan Obama ini. Namun analis memperkirakan selain pemotongan anggaran, pemerintah federal juga akan menaikkan pajak.
Inilah untuk pertama kali Obama berbicara di hadapan publik, setelah pengumuman S & P Jumat lalu. Obama meminta pelaku pasar keuangan tidak bereaksi secara berlebihan. "Kami tidak membutuhkan lembaga pemeringkat untuk memberitahukan kami, bahwa kemacetan di Washington selama beberapa bulan terakhir, belum konstruktif," kata Obama kemarin.
Menurut Obama, analis telah meragukan kemampuan sistem politik kabinetnya untuk bertindak. Akibat pengumuman tersebut ia kembali dipanggil oleh kongres. Pemerintah federal diminta merespon penurunan peringkat utang itu dengan rencana pengurangan defisit yang mencakup pajak serta pemotongan anggaran. Sebuah komite yang akan dibuat minggu depan akan memiliki waktu tiga bulan untuk menyusun rencana pemotongan setidaknya US$ 1,5 triliun selama lebih dari 10 tahun.
Pimpinan DPR dan Senat kemungkinan bakal menolak usulan Obama. Pemimpin mayoritas Senat, Eric Cantor, merilis, sebuah memo untuk semua anggota dari Partai Republik agar menolak rencana kenaikan pajak. Bahkan rencananya, isu pajak ini akan dibawa pada pemilihan umum 2012."Akan ada tekanan untuk berkompromi pada kenaikan pajak. Kami akan diberitahukan bahwa tidak ada cara lain ke depan. Saya tidak setuju dengan hormat," kata Cantor.
Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, juga memastikan kongres akan fokus pada program pemotongan hak, seperti medicare dan medicaid. "Saya tidak setuju dengan rencana presiden untuk menaikkan pajak," ujarnya.
Akhir bulan lalu Senat telah menyepakati kenaikan plafon utang Amerika dari US$ 14,3 triliun. Namun analis memperkirakan ini hanya solusi sesaat. Bayang-bayang krisis keuangan tetap menghantui negara ini.
Sampai Mei, tercatat utang Amerika sebesar US $ 14,3 triliun, terdiri US$ 9,78 triliun utang kepada publik dan sisanya US$ 4,56 triliun dari kepemilikan intragovermental.
Situs www.usgovernmentspending.com memperkirakan, akhir tahun ini utang Amerika sudah menyentuh US $ 15 triliun. Padahal, produk domestik bruto (PDB) tahun lalu US $ 14,7 triliun dan US$ 15 triliun pada tahun ini. Artinya, rasio utang dengan PDB Sudah menyentuh angka 96 persen. Saat krisis global 2008, rasio utang dengan PDB Amerika baru mencapai 69 persen.
Sejak tahun anggaran 2003 utang bruto meningkat lebih dari US$ 500 miliar setiap tahun. Kenaikan itu terus meningkat. Mulai 2008 utang naik US$ 1 triliun dari 2007 dan naik US$ 1,7 triliun pada tahun lalu dari 2009. Meningkatnya utang Amerika salah satunya disebabkan oleh bertambahnya belanja negara.
USATODAY | ERWIN DARIYANTO
Berita terkait
Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global
11 Mei 2023
Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.
Baca SelengkapnyaJurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global
5 September 2019
Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.
Baca SelengkapnyaTrump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat
21 Agustus 2019
Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaDonald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?
23 Januari 2017
Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.
Baca SelengkapnyaStimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat
30 Januari 2014
"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."
Baca SelengkapnyaThe Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar
30 Januari 2014
Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.
Baca SelengkapnyaFed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau
19 Desember 2013
Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.
Baca SelengkapnyaHatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah
19 Desember 2013
"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."
Baca SelengkapnyaJelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo
18 Desember 2013
"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."
Baca SelengkapnyaShutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang
18 Oktober 2013
Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya