Obama Kembali Berhadapan dengan Kongres

Reporter

Editor

Selasa, 9 Agustus 2011 19:05 WIB

Barack Obama. AP/Carolyn Kaster

TEMPO Interaktif, Washington - Mendung dipastikan masih akan memayungi Amerika Serikat. Krisis utang kian membelit negara adidaya ini. Setelah Standard & Poor menurunkan peringkat utang, kini pemerintah federal diperkirakan bakal kembali terlibat perdebatan dengan parlemen.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berencana, merekomendasikan cara-cara tambahan untuk mengurangi defisit anggaran menyusul penurunan peringkat utang oleh Standard & Poor. Belum jelas apa saja langkah yang akan diusulkan Obama ini. Namun analis memperkirakan selain pemotongan anggaran, pemerintah federal juga akan menaikkan pajak.

Inilah untuk pertama kali Obama berbicara di hadapan publik, setelah pengumuman S & P Jumat lalu. Obama meminta pelaku pasar keuangan tidak bereaksi secara berlebihan. "Kami tidak membutuhkan lembaga pemeringkat untuk memberitahukan kami, bahwa kemacetan di Washington selama beberapa bulan terakhir, belum konstruktif," kata Obama kemarin.

Menurut Obama, analis telah meragukan kemampuan sistem politik kabinetnya untuk bertindak. Akibat pengumuman tersebut ia kembali dipanggil oleh kongres. Pemerintah federal diminta merespon penurunan peringkat utang itu dengan rencana pengurangan defisit yang mencakup pajak serta pemotongan anggaran. Sebuah komite yang akan dibuat minggu depan akan memiliki waktu tiga bulan untuk menyusun rencana pemotongan setidaknya US$ 1,5 triliun selama lebih dari 10 tahun.

Pimpinan DPR dan Senat kemungkinan bakal menolak usulan Obama. Pemimpin mayoritas Senat, Eric Cantor, merilis, sebuah memo untuk semua anggota dari Partai Republik agar menolak rencana kenaikan pajak. Bahkan rencananya, isu pajak ini akan dibawa pada pemilihan umum 2012."Akan ada tekanan untuk berkompromi pada kenaikan pajak. Kami akan diberitahukan bahwa tidak ada cara lain ke depan. Saya tidak setuju dengan hormat," kata Cantor.

Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, juga memastikan kongres akan fokus pada program pemotongan hak, seperti medicare dan medicaid. "Saya tidak setuju dengan rencana presiden untuk menaikkan pajak," ujarnya.

Akhir bulan lalu Senat telah menyepakati kenaikan plafon utang Amerika dari US$ 14,3 triliun. Namun analis memperkirakan ini hanya solusi sesaat. Bayang-bayang krisis keuangan tetap menghantui negara ini.

Sampai Mei, tercatat utang Amerika sebesar US $ 14,3 triliun, terdiri US$ 9,78 triliun utang kepada publik dan sisanya US$ 4,56 triliun dari kepemilikan intragovermental.

Situs www.usgovernmentspending.com memperkirakan, akhir tahun ini utang Amerika sudah menyentuh US $ 15 triliun. Padahal, produk domestik bruto (PDB) tahun lalu US $ 14,7 triliun dan US$ 15 triliun pada tahun ini. Artinya, rasio utang dengan PDB Sudah menyentuh angka 96 persen. Saat krisis global 2008, rasio utang dengan PDB Amerika baru mencapai 69 persen.

Sejak tahun anggaran 2003 utang bruto meningkat lebih dari US$ 500 miliar setiap tahun. Kenaikan itu terus meningkat. Mulai 2008 utang naik US$ 1 triliun dari 2007 dan naik US$ 1,7 triliun pada tahun lalu dari 2009. Meningkatnya utang Amerika salah satunya disebabkan oleh bertambahnya belanja negara.

USATODAY | ERWIN DARIYANTO


Berita terkait

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

11 Mei 2023

Indonesia Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Global

Anton menyarankan untuk memperkuat kekuatan domestik perekonomian Indonesia di antaranya dengan mengoptimalkan konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak utama perekonomian.

Baca Selengkapnya

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

5 September 2019

Jurus Jokowi Antisipasi Ancaman Resesi Global

Pemerintah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang dikhawatirkan memicu potensi resesi semakin besar.

Baca Selengkapnya

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

21 Agustus 2019

Trump Mau Potong Pajak Penghasilan Cegah Resesi Amerika Serikat

Presiden Donald Trump mengatakan mulai mempertimbangkan untuk memotong pajak penghasilan untuk menghindari resesi Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

23 Januari 2017

Donald Trump Didemo, Obama Sedang Apa?  

Jajak pendapat terbaru menunjukkan hanya 40 persen orang Amerika yang menyetujui Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

30 Januari 2014

Stimulus AS Dipangkas, Ekonomi Global Sehat  

"Tanpa stimulus moneter, pertumbuhan ekonomi global tentu lebih berarti."

Baca Selengkapnya

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

30 Januari 2014

The Fed Pangkas Stimulus Jadi US$ 65 Miliar  

Dana stimulus US$ 65 miliar per bulan mulai berlaku pada Februari 2014.

Baca Selengkapnya

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

19 Desember 2013

Fed Kurangi Stimulus, IHSG Menghijau  

Setelah kepastian pencabutan stimulus moneter AS, IHSG di Bursa Efek Indonesia segera menghijau pada Kamis, 19 Desember 2013.

Baca Selengkapnya

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

19 Desember 2013

Hatta: Tapering Off Pasti Lemahkan Rupiah

"Memang kalau tapering off itu biasanya dolar menguat, akibatnya mata uang-mata uang regional melemah, termasuk rupiah."

Baca Selengkapnya

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

18 Desember 2013

Jelang Pengumuman The Fed, Wall Street Loyo  

"Investor pada dasarnya duduk di tangan-tangan mereka."

Baca Selengkapnya

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

18 Oktober 2013

Shutdown AS Berakhir, Bank Indonesia Senang  

Jika dibiarkan berlarut diyakini dapat memberikan dampak kepada ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya