WTO Sebut Cina Langgar Aturan Perdagangan Internasional

Reporter

Editor

Rabu, 6 Juli 2011 19:53 WIB

REUTERS/David Gray

TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Perdagangan Dunia (Word Trade Organization/WTO) memutuskan bahwa Cina telah melanggar aturan perdagangan internasional. Kebijakan Negeri Tirai Bambu tersebut, yang membatasi ekspor bahan baku industri untuk produksi teknologi tinggi, dianggap tidak adil.

Cina, negara ekonomi terbesar kedua di dunia, merupakan produsen kadmium, emas, indium, bijih besi, kapur, timah, mangan, merkuri, molibdenum, fosfat, garam, timah, tungsten, vanadium, dan seng. Cina memasok 95 persen kebutuhan bahan baku untuk industri di dunia.

Pembatasan itu telah memicu ketegangan antara Cina dan negara-negara pengimpor dari Eropa dan Amerika. Pada 2009, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Meksiko mengajukan komplain ke Badan Perdagangan Dunia. Mereka khawatir di balik pembatasan itu ada keinginan Cina untuk mendominasi pasar barang-barang teknologi.

Pemerintah Cina beralasan, pembatasan dilakukan untuk menjaga sumber daya alam dan melindungi lingkungan dari ancaman pencemaran. Namun argumen ini ditolak oleh panel WTO.

Keputusan WTO yang dimuat di website resminya ini menyimpulkan bahwa pembatasan kuota ekspor bahan mentah Cina ini sangat diskriminatif. Dunia barat dan Eropa banyak membutuhkan bahan-bahan tersebut untuk industri baja, aluminium, bahan kimia, seng, maupun bauksit.

Dalam putusan setebal 315 halaman itu, panel menyebut ekspor Cina tidak konsisten terhadap komitmen yang telah disepakati dalam Protocol of Accession. Kuota Ekspor bahan baku tidak sesuai dengan aturan Badan Perdagangan Dunia.

"Ini adalah putusan yang jelas untuk perdagangan terbuka dan akses yang adil untuk bahan baku," kata Karel de Gucht dari Komisi perdagangan Eropa dalam sebuah pernyataan kemarin. Cina, menurut Gucht, harus membuka ekspor untuk bahan mentah.

Ron Kirk, dari perwakilan perdagangan Amerika Serikat, menyebut keputusan WTO ini merupakan kemenangan yang signifikan bagi produsen dan pekerja di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Atas keputusan WTO tersebut, Cina bisa mengajukan permohonan banding. Mei Xinyu, ekonom dari Akademi Perdagangan dan Kerja Sama Internasional, mengatakan pihak otoritas Cina saat ini tengah mengevaluasi keputusan WTO tersebut. "Ada 95 persen kemungkinan Cina akan naik banding." kata dia.

BOSTON | BLOOMBERG VIA GOOGLENEWS | ERWINDAR

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

2 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

4 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

23 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya